Rizki & Do'a Kita


Rizki itu urusan Allah, jadi asal kita mencari maka akan diberi, kalau kita cari dengan banyak cara maka akan banyak bentuk rizki yang diberikan


Bila Allah SWT cepat m'gabulkan Doamu, Maka DIA Menyayangimu,
Bila DIA lambat M'gabulkan doamu, Maka DIA Ingin Mengujimu,
Bila DIA Tidak M'gabulkan Doamu, Maka Dia Merancang Sesuatu Yang lebih Baik Untukmu.

Oleh karena itu, Senantiasalah Bersangka Baik Pada Allah SWT Dalam Keadaan apapun jua


"ALLAH MENGABULKAN DOA
Orang-Orang Yang Menderita dan Dalam Kesulitan


Doa adalah saat-saat ketika kedekatan seseorang dengan Allah dapat dirasakan. Sebagai hamba Allah, seseorang sangat memerlukan Dia. Hal ini karena ketika seseorang berdoa, ia akan menyadari betapa lemahnya dan betapa hinanya dirinya di hadapan Allah, dan ia menyadari bahwa tak seorang pun yang dapat menolongnya kecuali Allah. Keikhlasan dan kesungguhan seseorang dalam berdoa tergantung pada sejauh mana ia merasa memerlukan. Misalnya, setiap orang berdoa kepada Allah untuk memohon keselamatan di dunia. Namun, orang yang merasa putus asa di tengah-tengah medan perang akan berdoa lebih sungguh-sungguh dan dengan berendah diri di hadapan Allah. Demikian pula, ketika terjadi badai yang menerpa sebuah kapal atau pesawat terbang sehingga terancam bahaya, orang-orang akan memohon kepada Allah dengan berendah diri. Mereka akan ikhlas dan berserah diri dalam berdoa. Allah menceritakan keadaan ini dalam sebuah ayat:

"Katakanlah: Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan berendah diri dengan suara yang lembut: 'Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur'." (Q.s. al-An'am: 63).

Di dalam Al-Quran, Allah memerintahkan manusia agar berdoa dengan merendahkan diri:

"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (Q.s. al-A'raf: 55).

Dalam ayat lainnya, Allah menyatakan bahwa Dia mengabulkan doa orang-orang yang teraniaya dan orang-orang yang berada dalam kesusahan:

"Atau siapakah yang mengabulkan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi? Apakah ada tuhan lain selain Allah? Sedikit sekali kamu yang memperhatikannya." (Q.s. an-Naml: 62).

Tentu saja orang tidak harus berada dalam keadaan bahaya ketika berdoa kepada Allah. Contoh-contoh ini diberikan agar orang-orang dapat memahami maknanya sehingga mereka berdoa dengan ikhlas dan merenungkan saat kematian, ketika seseorang tidak lagi merasa lalai sehingga mereka berpaling kepada Allah dengan keikhlasan yang dalam. Dalam pada itu, orang-orang yang beriman, yang dengan sepenuh hati berbakti kepada Allah, selalu menyadari kelemahan mereka dan kekurangan mereka, mereka selalu berpaling kepada Allah dengan ikhlas, sekalipun mereka tidak berada dalam keadaan bahaya. Ini merupakan ciri penting yang membedakan mereka dengan orang-orang kafir dan orang-orang yang imannya lemah.

Tidak Ada Pembatasan Dalam Doa

Seseorang dapat memohon apa saja kepada Allah asalkan halal. Hal ini karena sebagaimana telah disebutkan terdahulu, Allah adalah satu-satunya penguasa dan pemilik seluruh alam semesta; dan jika Dia menghendaki, Dia dapat memberikan kepada manusia apa saja yang Dia inginkan. Setiap orang yang berpaling kepada Allah dan berdoa kepada-Nya, haruslah meyakini bahwa Allah berkuasa melakukan apa saja dan bersungguh-sungguhlah dalam berdoa sebagaimana disabdakan oleh Nabi saw.2 Ia perlu mengetahui bahwa mudah saja bagi-Nya untuk memenuhi keinginan apa saja, dan Dia akan memberikan apa yang diminta oleh seseorang jika di dalamnya terdapat kebaikan bagi orang itu dalam doa tersebut. Doa-doa para nabi dan orang-orang beriman yang disebutkan dalam Al-Quran merupakan contoh bagi orang-orang beriman tentang hal-hal yang dapat mereka mohon kepada Allah. Misalnya, Nabi Zakaria a.s. berdoa kepada Allah agar diberi keturunan yang diridhai, dan Allah pun mengabulkan doanya, meskipun istrinya mandul:

"Yaitu ketika ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi-Mu seorang putra. Yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia ya Tuhanku, seorang yang diridhai'." (Q.s. Maryam: 3-6).

Maka Allah mengabulkan doa Nabi Zakaria dan memberikan kepadanya berita gembira tentang Nabi Yahya a.s.. Setelah menerima berita gembira tentang seorang anak laki-laki, Nabi Zakaria merasa heran karena istrinya mandul. Jawaban Allah kepada Nabi Zakaria menjelaskan tentang sebuah rahasia yang hendaknya selalu dicamkan dalam hati orang-orang yang beriman:

"Zakaria berkata, 'Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal istriku adalah seorang yang mandul dan aku sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua.' Tuhan berfirman, 'Demikianlah.' Tuhan berfirman, 'Hal itu mudah bagi-Ku, dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu belum ada sama sekali'." (Q.s. Maryam: 8-9)

Ada beberapa Nabi lainnya yang disebutkan dalam Al-Quran yang doa-doa mereka dikabulkan. Misalnya, Nabi Nuh a.s. memohon kepada Allah untuk menimpakan azab kepada kaumnya yang tersesat meskipun ia telah berusaha sekuat tenaga untuk membimbing mereka kepada jalan yang lurus. Sebagai jawaban dari doanya, Allah menimpakan azab besar kepada mereka yang tercatat dalam sejarah.

Nabi Ayub a.s. menyeru Tuhannya ketika ia sakit, ia berkata, "… Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." (Q.s. al-Anbiya': 83). Sebagai jawaban terhadap doa Nabi Ayub, Allah berfirman sebagai berikut:

"Maka Kami pun mengabulkan doanya itu, lalu Kami hilangkan penyakit yang menimpanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. (Q.s. al-Anbiya': 84).

Allah mengabulkan Nabi Sulaiman a.s. yang berdoa, "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi." (Q.s. Shad: 35). Maka Allah mengaruniakan kekuasaan yang besar dan kekayaan yang banyak kepadanya.

Oleh karena itu, orang-orang yang berdoa hendaknya mencamkan dalam hati ayat ini, "Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, 'Jadilah.' Maka terjadilah ia. (Q.s. Yasin: 82) Sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, segala sesuatu itu mudah bagi Allah dan Dia Mendengar dan Mengetahui setiap doa. [HY/www.hidayatullah.com]


AGAR DO’A TERKABUL

Setiap kita memiliki cita-cita dan ambisiambisi yang sedang diusahakan untuk dicapai dan diwujudkan. Mempunyai keinginan agar dalam hidup ini mendapatkan kebahagiaan dan kententraman. Memiliki keinginan bagaimana dosa-dosa yang pernah kita lakukan mendapatkan ampunan dari Allah swt. Sehingga obsesi besar yang diajarkan oleh sang kekasih kita Rasullullah untuk menggapai surga tertinggai yaitu surga firdaus dapat tercapai. Namun dalam realitas tidak semua citacita dan ambisi-ambisi duniawi dan ukhrowi mudah untuk diraih seketika karena keterbatasan-keterbatasan yang kita miliki.
Sehingga kita harus sadar bahwa setiap penangguhan apa yang kita cita-citakan dan ambisikan pasti ada hikmah dibaliknya. Yaitu agar kita kembali kepada Allah swt dan menengadahkan kedua tangan kepadaNya. Sama ketika Allah tidak memberitahu akan ampunan dosa-dosa yang pernah kita lakukan agar kedua tangan yang Allah karuniakan tidak bosanbosannya menengadah ke langit.
Masihkah Kamu Belum Percaya?
Allah swt berfirman, “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kukabulkan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (al-Mu’min (40): 60)
Ayat di atas sungguh sangat jelas bahwa Allah menjamin setiap doa hambanya yang dipanjatkan dengan tulus dan serius. Ungkapan “niscaya akan Kukabulkan bagimu” seakan Allah ingin mengetuk pintu hati para hambanya agar tidak sedikitpun ragu atas jaminan pengkabulan doa itu. Seakan Allah ingin mengatakan kepada kita mengapa kamu tidak berdoa?
Jaminan ini sangat penting untuk dipahami sebagai bekal untuk merubah diri ke arah yang positif. Karena bisa jadi ada di antara kita yang masih ragu manakala pernah jatuh kepada kubangan kemaksiatan bertahun-tahun. Melakukan kemaksiatan sosial, kemaksiatan budaya, kemaksiatan ekonomi, kemaksiatan birokrasi, kemaksiatan politik dan kemaksiatan terhadap alam ciptaan Allah yang berdampak rusaknya sebagian setruktur alam dan berakibat munculnya musibah-musibah di negeri ini. Saatnya untuk memantapkan diri bahwa dengan doa dan ikhtiar maksimal semuanya akan dapat berubah.
Syarat-Syarat Terkabulkannya Do’a
Allah swt menjaminan dikabulkannya doa para hambanya. Namun jaminan itu bukanlah jaminan gratis, tapi membutuhkan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Syarat-syarat itu adalah sebagai berikut:
Yakin bahwa Allah akan mengabulkan doa yang dipanjatkan
Rasullullah saw bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian berdoa, maka janganlah ia mengatakan, Ya Allah, berilah ampunan kepadaku jika engkau menghendakinya, Namun hendaknya meneguhkan hati (akan apa yang dimintanya)” (H.R Bukhori Muslim)
Yakin bahwa doa akan dikabulkan merupakan syarat untuk terkabulkannya doa. Oleh karena itu, janganlah ada di antara kita yang memohon kepada Allah swt sementara masih ada keraguan atas dikabulkannya doa-doa yang dipanjatkan.
Khusyu’ ketika berada di hadapan Allah swt
Banyak orang yang berdoa namun ia tidak sadar apa yang sedang dilakukannya. Ia hanya berkata-kata Ya Allah atau kata Amin, namun hatinya tidak hadir dalam kata yang ia ungkapkan.
Khusyu’ dalam berdoa adalah sinergi antara kata, hati dan raga sekaligus. Semua hadir dalam permohonan yang tulus kepada Rabbnya. Tentang urgensi khusyu’ dalam berdoa ini, Rasullullah saw bersabda: “Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan doa (yang keluar) dari hati orang yang lalai dan main-main” (H.R Tirmidzi)
Seorang muslim tidak selayaknya bermainmain dalam doanya namun ia harus mampu menyampakkannya kemudian mengisinya dengan kekhusyukan.
Salah seorang Tabi’in pernah berkata, “Sesungguhnya aku mengetahui kapan doaku akan dikabulkan. Orang-orang yang berada di sekitarnya bertanya. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Tabiin itu menjawab, yaitu ketika hatiku khusyu’, anggota-anggota badanku juga khusyu’ dan mataku pun mengeluarkan air mata. Maka pada saat itu aku akan berkata, Doa ini akan dikabulkan”.
Tidak terburu-buru
Imam Bukhori dan muslim meriwayatkan persyaratan yang ketiga ini, di mana Rasullullah saw bersabda: “Akan dikabulkan bagi (doa) salah seorang di antara kalian selama ia tidak terburu-buru”.
Maksud dari terburu-buru adalah sikap pesimisme terhadap apa yang ia minta. Tidak mengulang-ulang doanya. Sikap negatif thinking kepada Allah swt atas tertolaknya doa. Obat dari penyakit ini adalah kesabaran.
Memakan rezeki yang halal
Syarat terakhir dari terkabulkannya sebuah doa adalah memakan rezeki yang halal. Sehingga tidak selayaknya seorang muslim mengumpulkan harta dengan cara yang diharamkan Allah swt.
Firman Allah swt: “Wahai para Rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amalan saleh. Sesungguhnya, Aku Maha Mengetahui atas apa yang kamu kerjakan.” (al-Mu’minun (23) : 51)
Rasullullah saw menyebutkan, seorang lelaki yang kotor dan berdebu, (yang berada dalam) sebuah perjalanan yang jauh, mengangkat kedua tangannya ke langit dan berkata, “Ya Tuhanku…, Ya Tuhanku…. Namun, perutnya (dipenuhi oleh minuman) yang haram, tempat minumnya (dipenuhi oleh makanan) yang haram, pakaiannya adalah (pakaian) yang haram, dan ia mengkonsumsi haram. Maka bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan”. (H.R Abu Daud, Nasa’i dan Ahmad)
Bentuk-Bentuk Pengabulan Do’a
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Rasullullah saw bersabda: “Tidak ada seorang lelaki pun yang berdoa (kepada Allah swt) dengan sebuah doa kecuali (doa itu) akan dikabulkan untuknya. Boleh jadi (pengabulan) itu akan disegerakan untuknya di dunia, boleh jadi akan disimpan untuknya (sehingga akan diberikan) di akhirat, dan boleh jadi dosa-dosanya akan dihapuskan sesuai dengan kadar doanya”.
Dari hadits di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk pengabulan doa ada tiga bentuk, yaitu pengabulan doa di dunia atas apa yang diminta, pengabulan doa sampai di akhirat dan dengan memalingkan keburukan yang
akan menimpa hambanya.
Sikap seorang mu’min terhadap hal ini bisa jadi sangat variatif. Ada yang memilih pengabulan bentuk yang pertama, namun ada sebagian yang memilih bentuk kedua dan mungkin sebagian yang lainnya menghendaki yang ketiga. Namun sikap seorang mu’min yang arif dan bijak adalah memandang sama atas bentuk-bentuk pengabulan doa tersebut. Sebab pada hakekatnya seorang mu’min manakala ia telah berusaha dan berdoa untuk selanjutnya ia pasrahkan keputusan yang terbaik kepada Allah swt.
Orang-orang yang Tidak Akan Ditolak Do’anya
Rasullullah saw bersabda: “Ada tiga doa yang pasti akan dikabulkan, tanpa ada keraguan tentangnya: doa orang yang teraniaya, doa seorang musafir, dan doa orang tua kepada anaknya” (H.R Abu Daud dan Ahmad)
Di hadits yang lain Rasullullah saw bersabda: “bagi orang yang berpuasa ketika ia berbuka, benar-benar doa(nya) yang tidak akan ditolak” (H.R Ibnu Majah)
Subhanallah… alangkah Maha Pengasihnya Allah, ketika Dia membagi-bagikan doa yang makbul untuk hamba-hambanya. Maka manakala kita sebagai orang tua sepatutnya untuk memanfaatkan pengkabulan doa itu untuk anak-anak kita. Saat sedang dalam perjalan jauh selayaknya tidak melupakan doa-doa untuk saudara-saudaranya. Apalagi disaat saudarasaudar kita banyak yang tertimpa musibah. Begitu juga saat kita dalam keadaan puasa sepatutnya kita mendoakan saudara-saudara kita yang terdholimi dimanapun mereka berada terutama di bumi Palestin.
Santunlah dalam Berdo’a
Akhlak dalam Islam memiliki jangkauan wilayah yang sangat luas. Bahkan ia hadir dalam seluruh aspek kehidupan seorang muslim, dan termasuk di dalamnya adalah saat di mana seorang muslim berhadapan dengan RabbNya.
Berikut ini beberapa akhlak dalam berdoa:
1. Mengangkat kedua tangan saat berdoa.
Mengangkat kedua tangan saat berdoa merupakan sebuah rasa penghambaan diri yang menjadi ciri orang yang beriman. Rasullullah sering mengangkat kedua tangannya sampai terlihat ketiaknya yang putih.
2. Menghadap Kiblat
3. Dalam Keadaan Suci
4. Memulai doa dengan memanjatkan puji kepada Allah swt
5. Bershalawat kepada Rasullullah saw
6. Bertaubat dan memalai doa dengan memanjatkan istighfar
7. Bertawassul kepada Allah dengan asmaasmanya yang baik
8. Tidak melampaui batas saat berdoa
Maksudnya adalah meminta sesuatu yang mustahil untuk terjadi, seperti mengatakan, Ya Allah kekalkan aku sampai hari kiamat. Atau mengatakan, ya Allah, jadikanlah aku sebagai bagian dari sepuluh sahabat yang diberi kabar dengan mendapat surga.
Rasulullah saw memberitahukan bahwa kelak akan ada komunitas masyarakat muslim yang berdoa dengan permintaan yang mustahil. Beliau bersabda: “Akan ada di akhir zaman suatu kaum yang melampaui batas dalam
berdoa dan bersuci”. (H.R al-Hakim dan Ibnu Hibban menshahihkannya)
Pada akhirnya di tengah terpuruknya kehidupan masyarakat dalam berbagai dimensi dan terjadinya musibah yang bertubi-tubi di negeri ini wajar kalaulah seluruh keluarga besar negeri ini momohon dan memanjatkan doa kepada Allah untuk keselamatan bangsa ini. Semoga Allah memberikan model pengabulan doa yang terbaik untuk kaum muslimin di negeri ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"SAYA TAK MAU BERPISAH DG HARTA SAYA"

:: IBADAH SHOLAT KITA ::

INFO LOWONGAN KERJA