»TADABBUR AL-QUR'AN«

Bismillah... ~Wahai saudaraku sesama muslim, sdh saatnya merubah pola pikir; ~
"Bukan cuma, sdh berapa ayat Al-Qur'an yg sdh dibaca hari ini ?" tetapi, "Sdh berapa ayat Al-Qur'an yg sdh dipahami dan diamalkan hari ini ?".
.
Setelah kita benar di dalam membacanya, maka selanjutnya kita hendaklah selalu mentadabburi ayat-ayatnya. Sebab tidak akan ada artinya bacaan kita tersebut walaupun sudah baik, tanpa kita melakukan proses tadabbur (memikirkan dan memahaminya) Firman-Nya: "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur`an? Kalau kiranya Al Qur`an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya." (Surah an-Nisaa` 4: 82)
.
~Hakikat Berinteraksi Dengan Al Qur`an. ~
Jika kita membaca al-Quran maka akan kita dapatkan banyak sekali ayat-ayat yang menggambarkan betapa besar pengaruh kalam ILAHI apabila dibacakan kepada makhluk-makhluk ciptaan ALLAH selain manusia. Batu yang amat keraspun akan terbelah dan jatuh meluncur kerena takutnya kepada ALLAH SWT, sebagaimana firman-Nya:  "Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah." (Surah al-Baqarah 2: 74)
.
Gunung yang besar lagi melangit tinggi ke angkasa akan sujud lalu hancur-lebur kerana takutnya kepada ayat-ayat ALLAH (al-Quran), sebagaimana digambarkan di dalam al-Quran Surah al-Hasyr ayat 21:
"Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur`an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir."
Dan tidak henti-hentinya golongan Jin yang mendengarkannya mengatakan:
'Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan (Al Qur`an), lalu mereka berkata: "Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur`an yang menakjubkan.
" (Surah al-Jin 71: 1)
.
Demikianlah, betapa kuatnya atas (pengaruh) ayat-ayat al-Quran kepada makhluk-makhluk ALLAH yang lain. Tetapi hal ini seringkali tidak disadari oleh kebanyakkan manusia, sehingga membuat mereka lupa dan berpaling dari ayat-ayat al-Quran kerana kesibukkannya dengan urusan keduniaan. Bagi orang-orang seperti ini ALLAH SWT menjanjikan 2 macam azab sekaligus, yaitu penghidupan yang sempit di dunia dan dikumpulkan di padang Mahsyar dalam keadaan buta di samping mendapat azab yang keras dari ALLAH SWT.
.
"Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan". Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal."
(Surah Thaha 20: 124 - 127)
.
Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan". Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal." (Surah Thaha 20: 124 - 127)
.
Demikian berat balasan bagi orang-orang yang melupakan al-Quran kerana alasan-alasan keduniaan. Dan ini menunjukkan betapa pentingnya kita selalu berta`ammul (berinteraksi) dengan al-Quran. Interaksi dengan al-Quran secara benar dan menyeluruh akan dapat memberi motivasi yang padu dalam mengharungi segala ujian di dalam kehidupan. Di samping itu, al-Quran juga akan meningkatkan darajat orang yang beramal dengannya dan menjadi obat kepada penyakit-penyakit umat yang kian berleluasa. Maka bagaimanakah cara kita berta`ammul dengan al-Quran yang sesuai dengan manhaj salafus salih?
.
Langkah-langkah berikut ini dapat dijadikan panduan untuk berta`ammul dengan al-Quran:
1. Tilaawatahu haqqa tilaawatihi (membacanya dengan sebenar-benar bacaan)
Di dalam al-Quran disebutkan bahwa dengan haqqa tilaawah merupakan parameter keimanan orang tersebut dengan al-Quran. Firmannya: "Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan haqqa tilaawatih (bacaan yang sebenarnya), mereka itu beriman kepadanya. Dan barang siapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi." (Surah al-Baqarah 2: 121)
Pada ayat tersebut terlihat betapa pentingnya membaca al-Quran dengan tilawah yang benar. Maka hendaklah kita mengetahui bagaimanakah membaca dengan haqqa tilaawatih tersebut. Umar ra.

Mengartikannya dengan: "Selalu membacanya dan memberikan haq-haqnya dari segi bacaan, baik mengenai tajwidnya, maadnya (panjang pendeknya) dan lain-lain.". Sedangkan Ibnu Abbas ra. Mengatakan dengan: "Mengikutinya dengan pengikutan yang benar (yattabi`uunahu haqqa ittibaa`ihi), artinya melaksanakan perintah-perintah yang terdapat di dalam al-Quran dan menjauhi larang-laranganNya."
Konsekuensinya ialah hendaknya kita selalu mempelajari ‘ulumul Quran`, baik mengenai makhraj, tajwid mahupun ilmu-ilmu yang berkaitan dengan cara-cara melaksanakan al-Quran dalam kehidupan seharian seperti asbaabun nuzul, tafsir, I`jazul-Quran dan sebagainya. Sehingga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang beriman kepadanya. Insya ALLAH... Aamiin.
.
2. At-Tadabbaru bil-Quran (selalu mentadabburkan ayat-ayat al-Quran)
Setelah kita benar di dalam membacanya, maka selanjutnya kita hendaklah selalu mentadabburi ayat-ayatnya. Sebab tidak akan ada artinya bacaan kita tersebut walaupun sudah baik, tanpa kita melakukan proses tadabbur (memikirkan dan memahaminya) Firman-Nya: "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur`an? Kalau kiranya Al Qur`an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya." (Surah an-Nisaa` 4: 82)
Tadabbur al-Quran dapat dilakukan dengan mengulang-ulangi ayat-ayat yang kita baca dan meresapkannya ke dalam hati serta memikirkan maknanya dengan bacaan yang lambat-lambat. Sebagaimana yang dilakukan oleh seorang shahabiyah iaitu Asma bin Abu Bakar ra. Ketika ia mengulang-ulang ayat ke 27 dan 28 surah at-Thur, sehingga terdengar oleh sahabat yang akan berangkat ke pasar dan ketika kembali dari pasar ternyata ia terdengar Asma masih mengulang-ulang ayat tersebut.

Tadabbur al-Quran dimulai dengan mengulang-ulang dan meresapkannya, dan ditingkatkan sampai pada tingkat seluruh tubuh kita yang lain pun ikut tadabbur. Sebagaimana diriwayatkan bahawa ketika Umar ra. Melakukan hirasah (ronda) seorang diri di suatu malam, ketika sampai di suatu tempat ia mendengar seorang sedang melakukan qiamullail dan membaca surah at-Thur, maka Umar ra. diam mendengarkannya. Ketika sampai pada ayat 7 dan 8, maka tubuh Umar ra. yang tinggi dan besar itu gementar ketakutan, lalu lemah lunglai sehingga hampir terjatuh. Maka ia bersandar pada kudanya tetapi tetap tidak kuat dan merosot jatuh terduduk, sambil berkata: "Demi ALLAH, sesungguhnya janji ALLAH itu sungguh pasti akan terjadi." Lalu ia bertatih-tatih menaiki kudanya dan pulang ke rumah (lihat tafsir Ibnu Kathir mengenai Surah at-Thur)
Pada tingkat seperti inilah baru berhasil suatu tadabbur, sehingga seluruh tubuh kita benar-benar berinteraksi dengan ayat-ayat al-Quran yang kita baca dan terpengaruh bagaikan terpengaruhnya gunung-gunung dan batu-batu serta makhluk lainnya.

Tingkat tadabbur para sahabat terhadap al-Quran memang luar biasa, diriwayatkan bahawa seringkali mereka pengsan kerana takutnya kepada ALLAH, bahkan ada yang sampai meninggal dunia ketika mendengar suatu ayat. Rasulullah SAW sendiri merupakan contoh terbaik bagi kita dalam cara mentadabburi al-Quran, diriwayatkan ketika turunya Surah Hud dan al-Waqiah, sampai berubah warna rambutnya kerana takutnya kepada ALLAH. Jika beliau yang telah diampuni dosa-dosanya baik yang lalu mahupun yang akan datang sampai demikian rupa, maka apalah lagi kita wahai kaum mukminin! Maka renungkanlah!
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur`an ataukah hati mereka terkunci?" (Surah Muhammad 47: 24)
Sekalipun kita memulainya dengan 1 ayat saja, maka teruskanlah dan paksakanlah sehingga lambat laun kita akan terbiasa mentadabburi ayat-ayat al-Quran setiap kali kita membacanya.
.
3. Al-Imaanu bi muhkamihi wa mutasyabihi (mengimani terhadap ayat-ayatnya baik yang muhkamat mahupun yang mutasyabih)
Yaitu kita mengimani terhadap semua ayat-ayat yang kita baca, baik yang berupa hukum-hukum maupun kisah-kisah, baik yang kita rasakan masuk akal maupun yang belum kita fahami, baik yang nyata maupun yang ghaib. Karena inilah yang dimaksud beriman kepada al-Quran sebagai kalam (perkataan ALLAH SWT. Dan tidaklah beriman seseorang kepada al-Quran jika ia berani menyatakan bahwa suatu hukum yang terdapat di dalamnya sudah tidak relevan lagi dengan kondisi di zaman sekarang, sehingga perlu ditafsir semula (diperbaharui)... tidak, tidak ada iman dalam hati orang-orang seperti ini.
Setelah itu, maka hendaklah kita melakukan muhasabah terhadap diri kita sendiri... tentang sudah sejauh manakah kita melaksanakan ayat-ayat tersebut. Seperti misalnya, ketika kita membaca ayat-ayat berkenaan dengan hukuman bagi orang-orang yang berbuat maksiat dan dosa, maka hendaknya kita mengingat bahwa itu merupakan hukum ALLAH SWT yang wajib kita laksanakan, maka mohon ampunlah kepada ALLAH SWT kerana sekarang kita belum mampu melaksanakannya, dan renungkanlah... sudah sejauh manakah usaha kita untuk menegakkannya?
.
4. Tathibiiqul-Qura`anu fil hayah (melaksanakannya dalam semua aspek kehidupan)
Ketika Ibnu Mas`ud ra. ditanya tentang keadaan para sahabatnya oleh para tabi`in, maka ia mengambarkannya dengan ungkapan: "Mereka itu seperti al-Quran yang berjalan!"

Demikianlah cara para sahabat ra. dalam melaksanakan al-Quran, sehingg semua aspek kehidupannya terlihat laksana pantulan ayat-ayat al-Quran. Cara mereka berbicara, berjalan dan tingkah-laku mereka benar-benar disesuaikan dengan al-Quran. As-Syahid Sayyid Qutb demikian terpesona dan mengelari mereka dengan: "Generasi al-Quran yang unik" Sifat-sifat pemaaf, tawadhu`, khusyuk` kesemuanya itu tumbuh dengan sendirinya (tidak dibuat-buat) dan menjadi karakter asli mereka, akibat interaksi mereka yang begitu intim dengan al-Quran.

Sungguh! Semakin sering kita membaca al-Quran, maka akan semakin kita terasa nikmatnya al-Quran itu. Dan semakin sedikit kita membacanya, maka akan semakin malas dan bosan kita membaca al-Quran. Sebagaimana dikatakan oleh sahabat Ustman bin Affan ra: "Seandainya bersih hati seseorang, niscaya tidak akan puas-puasnya ia membaca al-Quran."

Dan seperti dikatakan juga oleh Sayyid Qutb rahimahullah: "Dulu saya merasakan keindahan al-Quran, tetapi setelah remaja dan banyak bersentuhan dengan kitab-kitab yang lain... kurasakan jiwaku menjadi kering. Ternyata kini ketika aku kembali bersentuhan langsung dengan al-Quran, kurasakan lagi kelezatan kalam ALLAH tersebut dalam jiwaku."
.
Setelah kita benar di dalam membacanya, maka selanjutnya kita hendaklah selalu mentadabburi ayat-ayatnya. Sebab tidak akan ada artinya bacaan kita tersebut walaupun sudah baik, tanpa kita melakukan proses tadabbur (memikirkan dan memahaminya) Firman-Nya: "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur`an? Kalau kiranya Al Qur`an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya." (Surah an-Nisaa` 4: 82)
.
~Mengapa anda tidak menangis saat membaca al-Qur`an?~
.
Sampai kabar kepada Imam Ahmad bin Hanbali bahwa salah seorang muridnya selalu bangun malam dan mengkhatamkan al-Qur`an secara sempurna hingga terbit fajar. Kemudian dilanjutkan dengan sholat subuh.
.
Imam Ahmad (A) pun ingin mengajarkannya cara mentadabburi al-Qur`an. Datanglah ia kepada muridnya itu, kemudian berkata: "Aku dengar kamu melakukan ini dan itu ?
.
Muridnya (M) menjawab: "Ya"
A: "Kalo gitu, coba nanti malam kamu lakukan seperti kemarin-kemarin, tapi saat membaca al-Qur`an, bayangkan kamu membacanya di hadapanku. Atau seakan-akan aku mengawasi bacaanmu. Keesokan harinya, datanglah si murid, dan Imam Ahmad bertanya hasilnya. Si murid menjawab: "Aku hanya bisa membaca 10 juz saja"
.
A: "Coba nanti malam baca al-Qur`an seakan-akan kamu membacanya di hadapan Rasulullah SAW"
Keesokan harinya si murid datang lagi dan berkata: "Ya imam, aku hanya sanggup membaca juz 'amma saja"
.
A: "Nah sekarang, cobalah nanti malam kamu baca al-Qur`an seakan-akan di hadapan Allah 'Azza wa Jalla"
.
Si murid pun kaget disuruh seperti ini. Keesokan harinya, si murid datang dengan mata bengkak akibat dari menangis. Imam Ahmad pun bertanya: "Apa yg kamu lakukan anakku?"
.
Si murid menjawab sambil menangis: "Ya imam, demi Allah, sepanjang malam aku tidak bisa menyempurnakan bacaan surat al-Fatihah"
.
Al-Qur`an adalah kalam Allah kepada kita maka bacalah ia dengan hati, bukan hanya sekedar dengan lisan.
.

Semoga Allah memberikan kita petunjuk dan hidayah-Nya, agar di setiap ilmu yang kita miliki, dapat menggerakkan kita untuk lebih dekat lagi kepada Allah.
.
Jadi, Tadabbur al-Quran dapat dilakukan dengan mengulang-ulangi ayat-ayat yang kita baca dan meresapkannya ke dalam hati serta memikirkan maknanya dengan bacaan yang lambat-lambat.
.
Sebagaimana yang dilakukan oleh seorang shahabiyah yaitu Asma bin Abu Bakar ra. Ketika ia mengulang-ulang ayat ke 27 dan 28 surah at-Thur, sehingga terdengar oleh sahabat yang akan berangkat ke pasar dan ketika kembali dari pasar ternyata ia terdengar Asma masih mengulang-ulang ayat tersebut.
.
Tadabbur al-Quran dimulai dengan mengulang-ulang dan meresapkannya, dan ditingkatkan sampai pada tingkat seluruh tubuh kita yang lain pun ikut tadabbur.
.
Sebagaimana diriwayatkan bahawa ketika Umar ra. Melakukan hirasah (ronda) seorang diri di suatu malam, ketika sampai di suatu tempat ia mendengar seorang sedang melakukan qiamullail dan membaca surah at-Thur, maka Umar ra diam mendengarkannya. Ketika sampai pada ayat 7 dan 8, maka tubuh Umar ra. yang tinggi dan besar itu gementar ketakutan, lalu lemah lunglai sehingga hampir terjatuh. Maka ia bersandar pada kudanya tetapi tetap tidak kuat dan merosot jatuh terduduk, sambil berkata: "Demi ALLAH, sesungguhnya janji ALLAH itu sungguh pasti akan terjadi." Lalu ia bertatih-tatih menaiki kudanya dan pulang ke rumah (lihat tafsir Ibnu Kathir mengenai Surah at-Thur)
.
Pada tingkat seperti inilah baru berhasil suatu tadabbur, sehingga seluruh tubuh kita benar-benar berinteraksi dengan ayat-ayat al-Quran yang kita baca.
.
Demikianlah hendaknya cara kita berinteraksi dengan al-Quran dan berpegang teguh kepadanya sebagaimana para salafus-salih ridhwanaanuLLAHI ‘alaihim.
.
"Ya ALLAH, Jadikanlah al-Quran ini hujjah bagi kami, dan janganlah ENGKAU jadikan ia hujjah terhadap kami. Dan berilah kekuatan kepada kami untuk menegakkannya di dalam ke hidupan kami..."

Subhanallah....
Aamiin Yaa Robbal'alamin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"SAYA TAK MAU BERPISAH DG HARTA SAYA"

:: IBADAH SHOLAT KITA ::

SIFAT-SIFAT YG HARUS DIJAUHI SEORANG MUSLIM