~☀ AQIDAH TAUHID ☀~


[Menjaga Tauhid, Seperti Kebutuhan Selalu Bernafas.]
Kaum munafik juga mengatakan kalimat syahadat, mereka juga sholat, puasa, mengeluarkan zakat, dan pergi haji seperti kaum muslimin yang lainnya. Akan tetapi, mengapa kaum munafik ditempatkan pada jurang neraka yang paling dasar? Allah berfirman,
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيراً
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.” (QS. An-Nisaa’: 145)
.
Yang lebih mengherankan, apa yang menyebabkan mereka tidak bisa menjawab 3 pertanyaan yang mudah (siapa Rabbmu? apa agamamu? dan siapa nabimu? di dalam kubur?).
Jawaban mereka adalah sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
هاه، هاه، لا أدري، سمعت الناس يقولون شئ فقلته
“Hah… hah… aku tidak tahu, aku mendengar orang mengatakan sesuatu, kemudian aku mengatakan hal tersebut.”
.
Pertanyaannya memang mudah, tetapi menjawabnya sangatlah sulit. Karena hati manusia di akhirat merupakan hasil dari perbuatannya di dunia. Jika di dunia dia meremehkan agamanya, maka dia tidak akan bisa mengatakan bahwa agamanya adalah Islam. Sekarang, jika kaum munafik yang mengucapkan syahadat kemudian mengamalkan sholat, puasa, zakat, dan haji, tidak dianggap telah mengamalkan makna syahadat, maka apa sih makna syahadat yang (harus kita amalkan) sebenarnya?
.
Syahadat “Laa Ilaaha Illallah”.
Makna kalimat syahadat tersebut bukanlah pengakuan bahwa Allah adalah pencipta, pemberi rezeki dan pengatur seluruh alam semesta ini, JIKA masih saja mempersekutukan-Nya dalam peribadatan.
Karena orang Yahudi dan Nasrani juga mengakuinya. Akan tetapi mereka tetap dikatakan kafir. Bahkan kaum musyrikin yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga meyakini hal tersebut. Sebagaimana difirmankan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam banyak ayat di Al Quran, di antaranya adalah:

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنْ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنْ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنْ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ
Katakanlah (wahai Muhammad): “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah “Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?” (QS. Yunus: 31)
.
Bahkan kaum musyrikin tersebut mengatakan bahwa penyembahan mereka terhadap berhala-berhala yang merupakan patung orang-orang shalih itu adalah dengan tujuan untuk mendapatkan syafaat mereka dan kedekatan di sisi Allah subhanahu wa ta’ala (sebagaimana para penyembah kuburan para wali di sebagian negeri kaum muslimin). Hal tersebut dinyatakan dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala berikut:

وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى
Dan orang2 yg mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” (QS. Az-Zumar: 3)

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ
Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan mudarat dan manfaat bagi mereka, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah.” (QS. Yunus: 18)

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ
“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah.” (QS. Yusuf: 106)
.
Yaitu mengimani, bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah pencipta, pemberi rezeki dan pengatur alam semesta, akan tetapi mempersekutukan-Nya dalam peribadatan. Secara ringkas makna syahadat “Laa ilaaha illallah” adalah tidak ada sembahan yang haq (benar) kecuali Allah.
Seorang yang bersaksi dengan kalimat tersebut harus meninggalkan pengabdian kepada selain Allah dan hanya beribadah kepada Allah saja secara lahir maupun batin. Sama saja, baik yang dijadikan sembahan selain Allah itu malaikat, nabi, wali, orang-orang shalih, matahari, bulan, bintang, batu, pohon, jin, patung dan gambar-gambar. Jika kita masih merasa tenang dengan menganggap diri kita adalah ahli tauhid serta memandang remeh untuk mendalami dan medakwahkannya maka perhatikanlah beberapa hal berikut:
Tujuan Penciptaan Jin dan Manusia Adalah untuk Menauhidkan Allah
(وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka (hanya) menyembahku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
.
Seseorang tidaklah dianggap telah beribadah kepada Allah jika dia masih berbuat syirik, sebab amalan ibadah dari orang yang mempersekutukan Allah akan dihapuskan dan tidak bermanfaat sedikit pun di sisi Allah.
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنْ الْخَاسِرِينَ
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar: 65)
Karena tauhid adalah menunggalkan Allah dalam peribadatan, maka syirik membatalkan tauhid sebagaimana berhadats dapat membatalkan wudhu. Jika sholatnya orang yang berhadats tidaklah sah, dalam arti kata belum dianggap telah melakukan sholat sehingga harus diulangi, maka begitu pun syirik jika mencampuri tauhid, akan merusak tauhid tersebut dan membatalkannya?
.
Firman Allah Taala dalam surah Al-'Araf pada ayat 55 yang bermaksud:
"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batasan."

Mufti Mesir, Syeikh Hasan Makmun, dalam majalah 'Idza'atul Mishriyyah,' tanggal 7 Mac 1957, dikutip oleh Nasib Ar-Rifa'i dalam kitabnya, 'At-Tawashshul Ila Haqiqatit Tawassul,' menfatwakan bahawa bertawassul dengan kuburan wali-wali dan orang mati, salah satu hal yang menjerumuskan orang kepada syirik, yang biasa dilakukan orang pada zaman jahiliyyah.
.
Dan syafaat itu hanya ada nanti pada hari kemudian, tidak ada di dunia ini.
Maka ziarah kubur, tawassul dengan wali-wali dan memohon syafaat mereka, semuanya itu adalah haram, bertentangan dengan syariat, di dalamnya terdapat syirik kepada Allah. Demikian fatwa Syeikh Hasan Makmun, Mufti Mesir.
Aqidah Tauhid ini merupakan asas agama. Semua perintah dan larangan, Segala Bentuk IBADAH dan KETAATAN, semuanya harus Dilandasi dengan AQIDAH TAUHID.
.
Tauhid inilah yang menjadi kandungan dari syahadat.
"Asyhadu an-Laa Ilaaha Illallah wa Asyhadu an-na Muhammadarrosuululloh" 'Aku besaksi Tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Utusan Allah.'
Semoga Allah swt. memelihara iman kita. Syarat-syarat 'Laa ilaaha illallah' itu ada delapan, yaitu:
1. Al ‘Ilmu (Mengetahui)
2. Al Yaqin (Meyakini)
3. Al Qobul (Menerima)
4. Al Inqiyad (Tunduk Patuh)
5. Ash Shidq (Jujur /Benar)
6. Al Ikhlas (Ikhlas)
7. Al Mahabbah (Cinta)
8. Al Kufru bimaa Siwaahu
(Mengingkari Sesembahan yang Lain)
.
Maka, tidaklah sah suatu amal atau ibadah apapun, tidaklah ada orang yang bisa selamat dari neraka dan bisa masuk surga, kecuali apabila dia mewujudkan tauhid ini dan meluruskan aqidahnya.
Keimanan inilah yang harus senantiasa kita jaga dari kotoran dan penyimpangan. "Amal harus di-ilmuni dan Ilmu harus diamalkan".
.
Ingat... dengan usaha iblis yg sudah ribuan tahun, sumpah iblis atau setan yang Dilaknati Oleh Allah SWT. Manusia untuk selalu waspada, setan tidak akan pernah menyerah untuk menggoda, mereka akan selalu berusaha menyesatkan anak-cucu Nabi Adam as.
Mengeser aqidah-tauhid, dengan menyisipkan nilai-nilai syirik, hal-hal yang terang atau sehalus apa pun, sampai dengan hari kiamat, termasuk saat menjelang ajalpun masih akan berusaha menyesatkan manusia.
.
Apakah Agama Islam juga berusaha dibelokkan??
YA, banyak aliran sesat yang mengaku Islam, tapi mereka menyimpang dari Tauhid. AGAMA ISLAM, Jelas dan Tegas, al-Qur'an DIJAMIN Keaslian dan Kebenarannya Oleh Allah Swt, setiap usaha perubahan, penyimpangan akan ketahuan.
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (Qur’an Surat Al-Hijr ayat 9)
.
Agar pemahaman Aqidah Tauhid tidak salah, maka wajib bagi Muslimin untuk mendasari Ajaran Islam harus sesuai dengan :
1. AL-QUR'AN
2. AS SUNNAH (Hadist Shahih dan yang sesuai pemahaman para sahabat Rosulullah, Salafus Sholeh atau Manhaj Salaf.)
.
Mari Murnikan Tauhid.
Allah Maha Mendengar, Allah Maha Kuasa, kalau kita bisa (diperkenankan) MEMOHON LANGSUNG kenapa lewat perantara, atau wasilah ? Ingat hal-hal seperti itu juga dilakukan pada umat sebelum Nabi Muhammad saw. Mereka memohon ampunan dosa dan keselamatan (ajaran penebusan dosa orang kafir) bahkan sampai menyembah Nabi Isa as.
Ajaran, amalan yang tidak didasari Ayat al-Qur'an dan contoh dari Rasulullah saw. (as sunnah) akan tertolak, dan juga amal ibadah harus IKHLAS.
.
Memohon keselamatan, ampunan dosa, memohon di do'a-kan, memohon syafaat kepada manusia yang sudah meninggal, hal itulah termasuk bagian dari syirik, bertaubatlah sebelum ajal menjemput, segera karna manusia tidak tahu kapan waktunya dan dimana.
.
Bentuk syirik yang sejenis memohon-berharap pada hal goib, batu cincin, pusaka, jimat, patung, gunung, pohon dst. semua benda/mahluk mati yang dipercaya punya tuah, kekuatan intinya semua penyembahan, pemohonan ampunan, harapan keselamatan, dst. yang ditujukan kepada selain ALLAH SWT, itulah syirik.
.
Penjelasan dalam al-Qu'an, yang mempunyai syafa’at adalah Allah (39:44). Makhluk Allah dapat memberikan syafa’at karena ada ijin dari Allah (10:33).
.
39:44. Katakanlah: "Hanya kepunyaan Allah syafa’at itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada- Nyalah kamu dikembalikan"
.
10:3. Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?
.
Jika kita ingin mendapatkan syafa’at (pertolongan), kita meminta kepada yang mempunyai syafa’at itu, yaitu Allah. Ini adalah logika yang jelas bahwa kita meminta sesuatu kepada yang mempunyainya. Kita wajib meminta syafa’at hanya kepada Allah. Sebagai manusia, kita hanya mengikuti kehendak Allah. Kita tidak boleh mendikte Allah untuk menentukan makhluk yang menjadi pemberi syafa’at. Kita serahkan saja kepada Allah untuk menentukan makhluk yang dijinkan-Nya untuk menjadi pemberi syafa’at.
.
Ingat Allah Maha Kuasa, mintalah, berlindunglah hanya pada Allah swt.
Sebagaimana yang dimaksud oleh firman Allah (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah orang-orang yang diberikan keamanan, dan mereka itulah orang-orang yang diberikan petunjuk.”. (QS. Al-An’aam : 82)
.
Sehingga, dengan iman yang bersih dari kezaliman, (sementara kezaliman terbesar itu adalah syirik), itulah yang akan meraih kebahagiaan, keselamatan, dan petunjuk ar-Rahman. Mereka itulah yang selamat di dunia dan di akhirat. KAllah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya dia tidak akan sesat dan tidak pula celaka.” (QS. Thaha : 123)
.
Perlu difahami, tidak ada seorang nabi pun yang diutus melainkan mengajak ummatnya kepada Tauhid dan melarang dari kesyirikan.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya)” “(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan supaya tidak ada alasan bagi manusia (untuk) membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. An Nisaa : 165)
.
Demikian juga dengan pokok ajaran Islam dan kaidah dakwah para rasul berporos pada perkara ini, yaitu : 'perintah untuk beribadah kepada Allah semata dan tidak tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun'.
Firman Allah swt :
'Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.' (QS. Al Faatihah, 1:5)
.
Sungguh, Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa, Yang Maha Bijaksana. Dia memiliki kebijaksanaan yang sempurna yang jauh melampaui kebijaksanaan seluruh makhluk. Di antara bentuk kebijaksaan Allah adalah Ia ciptakan surga dengan segala macam kenikmatannya sebagai tempat kembali para hamba-Nya yang beriman kepadanya.
.
Dan merupakan bentuk keimanan kepada Nya adalah beriman dengan para nabi dan rasul yang telah Ia utus ke dunia ini. Kita diperintahkan untuk meyakini mereka sesuai dengan apa yang diberitakan oleh Allah dan Rasul-Nya.
.
Ketahuilah Bahwa Penghuni Surga Itu Sedikit
Yang jadi masalah adalah ketika penghuni surga jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah penghuni neraka sebagai mana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.:
“Allah berfirman: “Wahai Adam!” maka ia menjawab: “Labbaik wa sa’daik” kemudian Allah berfirman: “Keluarkanlah dari keturunanmu delegasi neraka!” maka Adam bertanya: “Ya Rabb, apakah itu delegasi neraka?” Allah berfirman: “Dari setiap 1000 orang 999 di neraka dan hanya 1 orang yang masuk surga.” Maka ketika itu para sahabat yang mendengar bergemuruh membicarakan hal tersebut. Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah siapakah di antara kami yang menjadi satu orang tersebut?” Maka beliau bersabda: “Bergembiralah, karena kalian berada di dalam dua umat, tidaklah umat tersebut berbaur dengan umat yang lain melainkan akan memperbanyaknya, yaitu Ya’juj dan Ma’juj. Pada lafaz yang lain: “Dan tidaklah posisi kalian di antara manusia melainkan seperti rambut putih di kulit sapi yang hitam, atau seperti rambut hitam di kulit sapi yang putih.” (HR. Bukhari dan Muslim)
.
Hadis riwayat Abdullah bin Masud Radhiyallahu’anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda kepada kami: Ridhokah kalian menjadi seperempat penghuni surga? Kami (para sahabat) bertakbir. Beliau bersabda lagi: Ridhokah kalian menjadi sepertiga penghuni surga? Kami pun bertakbir. Lalu beliau kembali bersabda: Sungguh, aku berharap kalian dapat menjadi setengah penghuni surga. Aku akan memberitahukan hal itu kepada kalian. Orang-orang Islam di tengah orang-orang kafir seperti sehelai rambut putih pada sapi hitam, atau seperti sehelai rambut hitam pada sapi putih.”
.
Iblis terbilang cukup ‘sabar’ dalam melancarkan aksinya selama sepuluh abad lebih, untuk menggelincirkan keturunan Adam ‘alaihissalam kepada kemusyrikan, sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu (lihat “Kisah Para Nabi”, Ibnu Katsir). Hingga tatkala seluruhnya tenggelam dalam kemusyrikan, Allah subhanahu wa ta’ala mengutus Nuh ‘alaihi salam.
.
Demikianlah, setiap kali kemusyrikan merajalela pada suatu kaum, maka Allah mengutus rasul-Nya untuk mengembalikan mereka kepada tauhid dan menjauhi syirik.
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thoghut (sembahan selain Allah).” (QS. An Nahl: 36)
.
وَمَا أَرْسَلنَا مِن قَبلِكَ مِنْ رََسُولٍ إِلا نُوحِي إلَيهِ أنَّه لا إِلهَ إلا أنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: bahwa tidak ada sembahan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (QS. Al Anbiya: 25)
.
Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus, Allah subhanahu wa ta’ala tidak lagi mengutus rasul. Hal ini bukanlah dalil bahwa kemusyrikan tidak akan pernah terjadi lagi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagaimana dikatakan beberapa orang. Akan tetapi Allah subhanahu wa ta’ala menjamin bahwa akan senantiasa ada segolongan dari umat ini yang berada di atas tauhid dan mendakwahkannya, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim.
.
Tauhid Adalah Kewajiban Pertama Bagi Manusia Dewasa dan Berakal
Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa mendahulukan perintah tauhid dan menjauhi syirik, sebelum memerintahkan yang lainnya dalam setiap firmannya di Al Quran.
وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا وَبِالوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي القُرْبَى وَاليَتَامَى وَالمَسَاكِيْنَ وَالْجَارِ ذِي القُرْبَى وَالجَارِ الجُنُبِ والصَّاحِبِ بِالجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيْلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan suatu apapun. Dan berbuat baiklah pada kedua orang tua (ibu & bapak), karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabiil dan hamba sahayamu.” (QS. An Nisa: 36)
.
Pelanggaran Tauhid Adalah Keharaman yang Terbesar.
قُلْ تَعَالَوْاْ أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلاَّ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا
“Katakanlah: marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: Janganlah kamu mempersekutukan suatu apapun dengan Dia, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua…” (QS. Al An’am: 151)
.
Allah mendahulukan penyebutan pengharaman syirik sebelum yang lainnya, karena keharaman syirik adalah yang terbesar .
Demikianlah, setiap kali kemusyrikan merajalela pada suatu kaum, maka Allah mengutus Rasul-Nya untuk mengembalikan mereka kepada tauhid dan menjauhi syirik.
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thoghut (sembahan selain Allah).” (QS. An Nahl: 36)

وَمَا أَرْسَلنَا مِن قَبلِكَ مِنْ رََسُولٍ إِلا نُوحِي إلَيهِ أنَّه لا إِلهَ إلا أنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: bahwa tidak ada sembahan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (QS. Al Anbiya: 25)
.
Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus, Allah subhanahu wa ta’ala tidak lagi mengutus rasul. Hal ini bukanlah dalil bahwa kemusyrikan tidak akan pernah terjadi lagi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagaimana dikatakan beberapa orang. Akan tetapi Allah subhanahu wa ta’ala menjamin bahwa akan senantiasa ada segolongan dari umat ini yang berada di atas tauhid dan mendakwahkannya, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim.
.
Semoga Allah berkenan menghimpunkan kita di surga Al-Firdaus Al-A’la yang paling tinggi bersama Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, para shiddiqin, syuhada’, dan shalihin sebagaimana Allah himpunkan kita di tempat yang mulia ini. Allahumma amiin.
.
Wabillahi taufiq walhidayah, Semoga kita diberi petunjuk dan hidayah oleh Allah SWT.
Wallahu A'lam Bishawab.
.
√ NB : Simak vidio wawancara dengan salah satu ustad tradisional, tentang TAUHID...
https://mobile.facebook.com/story.php?story_fbid=302573766747946&id=171136556558335&fs=5

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"SAYA TAK MAU BERPISAH DG HARTA SAYA"

:: IBADAH SHOLAT KITA ::

INFO LOWONGAN KERJA