INSTROPEKSI DIRI


Jangan bersandar kepada amal. Sebab ketertipuan ini adalah sikap bersandar kepada amal secara berlebih. Ini akan melahirkan kepuasan, kebanggaan dan akhlak buruk kepada Alloh Ta'ala.
.
PERASAAN bisa menipu diri
☑ Merasa DEKAT dengan Allah, padahal JARANG melakukan ke-TAAT-an, mengabaikan Sholat secara berjama'ah, tepat waktu atau tidak berusaha sholat di masjid (tidak mengutamakankan ibadah-ibadah wajib).
.
☑ Merasa sudah banyak PAHALA, Padahal JARANG AMAL yang diterima sebagai amal ibadah, jika amal-amal yang dikerjakan, ada RIYA, UJUB maka sia-sialah amalan tersebut atau melakukan amalan yang tak pernah diperintahkan atau dicontohkan oleh Rosulullah, maka akan diganjar DOSA.
.
☑ Merasa menjadi KEKASIH Allah, padahal sering MELANGGAR ketentuan-NYA, melakukan ibadah-ibadah tak sesuai syariat (as sunnah) atau sering menzholimi Allah dengan membuat aturan sendiri bahkan sampai menselisihi Al-Qur'an dan As Sunnah, merasa benar karna mengunakan hati, akal fikirannya sesuai nafsunya, ingat... BAIK itu belum tentu BENAR tapi kalau BENAR (sesuai Al-Qur'an & As Sunnah) pasti BAIK. Tempatkan akal manusia dibelakang Al-Qur'an & As Sunnah JANGAN didepannya.
.
☑ Merasa selalu bersama orang-orang yang TAAT, padahal ketika bergaul sering berbuat MAKSIAT, melakukan sesuatu yang tak disukai ALLAH Swt. & Rosul NYA bahkan sampai melakukan kesyirikan karena mengabaikan untuk selalu belajar ilmu syar'i terutama memahami TAUHID dengan benar.
☑ Merasa mudah mendapat AMPUNAN, namun terus
menerus melakukan DOSA tanpa Penyesalan, merasa sudah baik, merasa sudah muslim, merasa orang alim, merasa sudah cukup ilmu syar'i.

☑ Merasa dirindu taman-taman SURGA, namun amalan sehari-hari bagai menyemai benih NERAKA, intropeksilah apakah benar-benar berpegang teguh dengan syariat, sesuai as sunnah, sesuai tauhid ATAUKAH malah malah melakukan sesuatu yang menselisihinya.
…Astaghfirullah wa na'udzubillah…
.
Orang yang melakukan amal ibadah tidak tahu apakah amalnya di terima atau tidak, mereka tidak tahu betapa besar dosa dan maksiatnya, juga mereka tidak tahu apakah amalnya bernilai keikhlasan atau tidak.. Oleh karena itu, mereka dianjurkan untuk meminta Rahmat Alloh dan selalu beristighfar. Karena Alloh Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
.
Di riwayatkan dari Abu Hurairah : "Sesungguhnya amal seseorang tidak akan memasukannya ke dalam surga."
Mereka bertanya, "Tidak pula engkau Ya Rasullulloh?
Beliau menjawab, Tidak pula saya.
Hanya saja Alloh meliputiku dengan karunia dan rahmat-Nya. Karenanya berlakulah benar (beramal sesuai sunnah) dan berlakulah sedang (tidak berlebihan dalam ibadah dan kendor atau lemah). [HR. Bukhari & Muslim]
.
Sesungguhnya seseorang tidak akan masuk surga kecuali dg rahmat Alloh. Dan diantara rahmat-Nya adalah dia memberikan taufik untuk beramal dan hidayah untuk taat kepada-Nya.
.
Karenanya, kita wajib bersyukur kepada Alloh dan merendah diri kepada-Nya. Tidak layak hamba bersandar kepada amalnya.
.
Seorang hamba tidak pantas membanggakan amal ibadahnya yg seolah-olah karena pilihan (paling sesuai dengan sunnah) dan usahanya semata, apalagi ada perasaan telah memberikan kebaikan untuk Alloh Swt.
.
Seringkali sebenarnya orang mendapatkan hidayah, namun seringkali pula tidak menyadarinya, apalagi mengambil pelajaran darinya.
.
[1] Awal mula tertimpanya keburukan bagi seseorang, apabila dia merasa dirinya sebagai ‘orang baik’. Perkataan beliau ini mengingatkan kita tentang nasehat dari Ummul Mu`miniin ‘Aa`isyah radhiyallaahu ‘anha ketika Rasullullah SAW ditanya…

"Kapan seseorang itu dikatakan buruk?"
Rasulullah SAW menjawab:
"Ketika dia menyangka dirinya seorang yang baik."
(At-Taisiir bisyarh Al-Jaami’ as-Shoghiir 2/606)
.
Benarlah perkataan Beliau, awal mula keterperosokan seseorang dalam keburukan, ketika dia menilai dirinya sebagai seorang yang baik. Maka diapun akan mulai merendahkan orang lain. Maka dia pun merasa serba-berkecukupan, sehingga menghalangi dirinya untuk terus memperbaiki segala keburukannya, kesalahannya, kekeliruannya, serta kekurangan-kekurangannya dalam penunaian kebaikan.
.
[2] Demikian pula, Seseorang itu sulit mendapatkan ilmu, ketika sudah merasa berilmu.
Fudhayl bin ‘Iyyaadh ditanyakan tentang tawadhu’, maka beliau menjawab:
"Engkau tunduk dan patuh pada kebenaran, meskipun engkau mendengarnya dari seorang anak kecil; (ketika engkau mendapati ia menyampaikan kebenaran), maka engkau menerima kebenaran tersebut darinya. Meskipun engkau mendengarnya dari manusia yang paling bodoh; (ketika engkau mendapati ia menyampaikan kebenaran), maka engkau menerima kebenaran tersebut darinya."
(Hilyatul Auliyaa’ 8/91)
.
Jangan sampai banyaknya pengajian yang telah kita hadiri, banyaknya buku yang telah kita baca, banyaknya nasehat yang kita dapatkan dari saudara seiman kita; tapi itu semua tidaklah menambah keimanan dalam hati-hati kita. Sehingga ketika kita mendapati nasehat, masukan, saran atau kritik dari saudara kita (dan apa yang disampaikan tersebut benar); yang kita nilai level keilmuannya mungkin lebih rendah dari kita; lantas kita malah menolaknya hanya karena hal tersebut. Sehingga kitapun terhalang dari mendapatkan ilmu karena sikap tersebut… Sehingga kitapun menjadi terbelakang, karena sikap tersebut…
.
[3] Demikian pula, seseorang itu sulit mengakui dan menghadirkan kekurangan amal dirinya, apabila dia telah menyangka amalnya sudah sempurna (apalagi menyangka amalnya sudah diterima); sehingga ia pun enggan memperbaiki kualitas amalnya, apalagi menambahkan kuantitasnya.
.
Berkata salah seorang ulama ketika melihat orang yang mengagumi amalnya:ِ
“Janganlah engkau terpedaya dengan apa yang kau lihat dariku, sesungguhnya iblis beribadah kepada Allah SWT ribuan tahun, kemudian dia menjadi kafir”
(At-Taisiir bisyarh Al-Jaami’ as-Shoghiir 2/606)
.
"Ambil kebenaran dari siapa saja, dan tinggalkan kebohongan dari siapa saja."
.
Dalil akan wajibnya menerima kebenaran dan bahwa menerima kebenaran dari siapapun berada merupakan sifat orang-orang yang beriman.
Allah Ta’ala berfirman:
“Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”. (QS. Al-Baqarah: 213)
.
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya (taklid buta). sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. 17:36)
.
Ibnu Al-Qayyim rahimahullah berkata menjelaskan ayat di atas, “Maka siapa saja yang Allah Subhanahu berikan hidayah kepadanya untuk,
.
√ Mengambil kebenaran (sesuai syariat & sesuai as sunnah, tidak menselisihinya) dimanapun kebenaran itu berada dan bersama siapapun kebenaran itu berada.
.
√ Walaupun kebenaran itu bersama dengan saudara muslim yang dia benci dan dia musuhi tapi.. ada kebenaran untuk menolak kebatilan, bersama siapapun kebatilan tersebut.
.
√ Walaupun kebatilan itu bersama dengan orang yang dia sayangi dan dia tolong-, maka orang seperti inilah yang tergolong ke dalam orang-orang yang diberi hidayah menuju kebenaran dalam setiap masalah yang diperselisihkan. Inilah orang yang paling berilmu, paling benar jalannya, dan paling kuat ucapannya.” (Ash-Shawa’iq Al-Mursalah: 2/516).
.
Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya disekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati “. (Riwayat Bukhori dan Muslim)
.
Allahu Akbar. Sungguh menakjubkan perkataan beliau. Alangkah jauhnya beliau dari ketertipuan dan keterpedayaan. Banyaknya amal yang beliau lakukan, tidaklah lantas menjadikan beliau pongah. Kagumnya orang-orang pada amal beliau, tidaklah menjadikan beliau berbangga. Bahkan beliau tetap khawatir dengan dirinya, karena dahulu iblis pun adalah makhluq yang -zhahirnya ta'at, tapi karena kebusukan niatnya, hingga akhirnya Allah SWT menampakkan hakikatnya ketika dia diuji.
.
Kita berlindung kepada Allah SWT dari ketertipuan, seraya kita memohon padaNya husnul khaatimah.. aamiin. (DR. Syafiq bin Riza Basalamah)
.
~GENERASI EMAS~
Syaikh Nashir bin Abdul Karim Al ‘Aql berkata: “As Sunnah tidak bisa tegak kecuali dengan patuh dan pasrah kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Dan tidak sempurna patuh dan pasrah kepada Allah kecuali dengan beramal sesuai As Sunnah.
.
☑ Apakah Rasulullah pernah melakukannya ?
☑ Apakah para sahabat Rasululah pernah melakukannya ?
☑ Apakah para Tabi'in dan Tabiut tabi'in pernah melakukannya ?
☑ Apakah Rasulullah mengikuti tradisi ini ?
☑ Apakah 3 generasi terbaik dalam Islam melakukan ritual ini ?
.
↷□Bagaimana bisa suatu perkara yang dikira merupakan perkara agama, bahkan tidak dikenal sama sekali di zaman para sahabat, kemudian lantas sekarang menjadi bagian dari agama?.
.
↷□Bahkan bukan merupakan syari’at tatkala itu, lantas sekarang berubah statusnya menjadi syari’at yang sunnah untuk dilakukan !?, bahkan menjadi seperti wajib.!? Sehingga jika ditinggalkan maka timbulah celaan...
.
Banyak orang mengerjakan amal kebaikan tapi tak mendapatkannya, karna yang dikerjakan bukan ajaran dari Rosulullah Saw.
.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi’in) dan kemudian orang-orang yang mengikuti mereka lagi (tabi’ut tabi’in).” (Muttafaq ‘alaih)
.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Janganlah kalian mencela seorang pun di antara para sahabatku. Karena sesungguhnya apabila seandainya ada salah satu di antara kalian yang bisa berinfak emas sebesar Gunung Uhud maka itu tidak akan bisa menyaingi infak salah seorang di antara mereka; yang hanya sebesar genggaman tangan atau bahkan setengahnya saja.” (Muttafaq ‘alaih)
.
Sebagai orang yang mengaku beragam Islam, wajib atas kita berpegang teguh pada Al Qur'an dan Sunnah Nabi. Karena hanya 2 hal tersebut yang diwariskan nabi kita Muhammad SAW kepada kita semua sebagai umat Islam.
Kalau kita berpegang teguh pada Al Qur'an dan Sunnah Nabi dijamin tidak akan pernah sesat. Sabda Rasulullah saw: "Aku meninggalkan kalian dua hal. Jika kalian berpegang teguh dengan keduanya, maka kalian tidak akan pernah sesat, yaitu Kitab Alloh dan Sunnah NabiNya". (Hadits Riwayat Malik)
.
Dari hadits di atas sudah jelas bahwa Nabi Muhammad SAW sudah memberikan batasan yang jelas dalam menjalankan perintah Allah SWT dan dalam menjauhi larangan-Nya. Batasan-batasan dalam hal ibadah maupun dalam kehidupan bermasyarakat sudah pasti.
.
Untuk hal ibadah harus ada tuntunannya dalam Al Qur'an ataupun Sunnah Nabi. Ibadah jika tanpa didasari ilmu agama yang berdasar pada Al Qur'an dan Sunnah Nabi akan tertolak bahkan termasuk bentuk kesesatan. Ibadah yang tidak didasari ilmu agama yang berdasar pada Al Qur'an dan Sunnah Nabi ini maksudnya adalah suatu ibadah baru yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat-sahabatnya. Sebaik-baik ibadah adalah ibadah yang dicontohkan oleh Rasulullah, sedangkan kita yang membuat-buat ibadah baru atau melakukan ibadah-ibadah yang tidak pernah dicontohkan Rasulullah berarti kita menganggap apa yang dicontohkan oleh Rasulullah tersebut kurang sempurna dan kita merasa lebih pandai dari beliau.
.
~JANGAN NGARANG, MENGIKUTI SYARIAT BARU~
Di antara dalil kaedah adalah firman Allah Ta’ala,
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS. Asy-Syuraa: 21).
.
“hari ini Ku-sempurnakan untuk kalian agama kalian, Ku-sempurnakan pula kenikmatan bagi kalian, dan Ku-ridhai Islam sebagai agama kalian”. (QS. Al-Maidah : 3).
.
Juga didukung dengan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718).
.
Dalam riwayat lain disebutkan,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718).
.
Begitu pula dalam hadits Al ‘Irbadh bin Sariyah disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Hati-hatilah dengan perkara baru dalam agama. Karena setiap perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Daud no. 4607, Tirmidzi no. 2676, An Nasa-i no. 46. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
.
Hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa kita baru bisa melaksanakan suatu ibadah jika ada dalilnya, serta tidak boleh kita merekayasa suatu ibadah tanpa ada perintah dari Allah dan Rasul-Nya.
.
“Wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafa rasyidin. Gigitlah ia dengan gigi geraham kalian! Dan jauhilah perkara baru yang diada-adakan dalam agama. Karena setiap perkara yang diada-adakan dalam agama itu adalah bidah, dan setiap bidah itu adalah kesesatan”. (HR. Abu Dawud no.4607 dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud)
.
Firman Allah Ta'ala,
"... dan kamu mengatakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikitpun juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar." (QS. an-Nuur: 15)
.
~JANGAN SYIRIK~
Cukuplah Allah sebagai pelindung kita, kita memohon ampunan, pertolongan, dan kelapangan hanya kepadaNya saja :
“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan RosulNya kepada mereka, dan berkata:
‘Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari
karuniaNya dan demikian (pula) RosulNya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah.'” (QS At Taubah: 59)
Bisa Membakar AMAL kita....
.
~ HINDARI SIFAT INI.~
↷□ Riya'
↷□ Ujub
↷□ Sum'Ah
↷□ Takabur
Betapa bahayanya memiliki sifat riya’, ujub, sum'ah, takabur... Karena, alangkah banyak orang yang memperbanyak amalan, namun hal itu tidak memberikan manfaat kepadanya kecuali rasa capai dan keletihan semata di dunia dan siksaan di akhirat. Ini diakibatkan karena tidak diterimanya amal yang telah dilakukannya.
.
RIYA' Menurut Istilah yaitu: melakukan ibadah dengan niat supaya ingin dipuji manusia, dan tidak berniat beribadah kepada Allah SWT.
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya Fathul Baari berkata: “Riya’ ialah menampakkan ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku amalan itu”.
.
Imam Al-Ghazali, riya’ adalah mencari kedudukan pada hati manusia dengan memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan.
.
Imam Habib Abdullah Haddad pula berpendapat bahwa riya’ adalah menuntut kedudukan atau meminta dihormati daripada orang ramai dengan amalan yang ditujukan untuk akhirat.
.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa riya’ adalah melakukan amal kebaikan bukan karena niat ibadah kepada Allah, melainkan demi manusia dengan cara memperlihatkan amal kebaikannya kepada orang lain supaya mendapat pujian atau penghargaan, dengan harapan agar orang lain memberikan penghormatan padanya.
.
Nabi Saw. bersabda, "Siapa yang berlaku sum’ah maka akan diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah dan siapa yang berlaku riya maka akan dibalas dengan riya. " (HR. Bukhari)
.
'UJUB, sifat kekaguman seseorang pada dirinya sendiri, seseorang yang merasa ‘ujub dengan amal kebajikannya, maka pahalanya akan gugur dan amalannya akan sia-sia. Karena Alloh tidak akan menerima amalan kebajikan sedikitpun kecuali dengan ikhlas karena-Nya. Rosululloh n bersabda :
“Tiga hal yg membinasakan : Kekikiran yg diperturutkan, hawa nafsu yang diumbar dan kekaguman seseorang pada dirinya sendiri.” (HR. Thobroni).
.
Seseorang yang mempunyai perasaan ‘ujub akan selalu menilai dirinya baik dan tidak pernah menilai dirinya buruk dan serba kekurangan, sehingga ia selalu mengumbar keinginan hawa nafsunya dan tidak merasa kalau dirinya telah berbuat dosa. Nabi bersabda, “Andaikan kalian tidak pernah berbuat dosa sedikitpun, pasti aku khawatir kalau kalian berbuat dosa yang lebih besar, yaitu perasaan ujub.” (HR. Al Bazzar).
.
Nabi saw bersabda, “Seseorang yang menyesali dosanya, maka ia menanti rahmat Alloh. Sedang seseorang yang merasa ‘ujub, maka ia menanti murka Alloh.” (HR. Baihaqi)
.
Nabi Saw. bersabda, ” Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat perasaan sombong meskipun hanya sebesar biji sawi. (HR. Nasa’i)
.
TAKABUR, sifat takabur ini merupakan sifat tercela dan berbahaya, bahkan dibenci oleh Allah SWT, sebagaimana firman-firmannya :
“maka masuklah pintu-pintu neraka jahanam, kamu kekal didalamnya, maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri”. (Q.S An Naml : 29) ..
“sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong”. (Q.S An Nahl : 23)
.
Firman Allah Ta'ala : "Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar". [Al-Israa' : 9]
.
Ya Allah... hanya kepadaMU kami menyembah, dan hanya kepadaMU kami meminta pertolongan.
.
Ya اللّهُ ,
Ya Rabb... Sayangilah kami, Lindungilah kami, Karena tiada siapa lagi yang kami miliki selain Engkau ya Allah... Sedangkan Kami Adalah Hamba yang Lemah.
Ya اللّهُ ,
janganlah Engkau jadikan dunia, sebagai tujuan terbesar hidup kami dan tujuan akhir ilmu kami..
Ya اللّهُ ..
Hindarkanlah kami dari nerakaMu, dan jadikanlah rumah abadi kami adalah surga-Mu,
Ya اللّهُ ..
Robbana Taqobbal Minna.
Ya Alloh terimalah dari kami (amalan kami), aamiin.
.
~JADILAH MUSLIM YANG CERDAS~
Hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas RA. bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Bahwa malaikat maut memperhatikan wajah manusia di muka bumi ini 70 kali dalam sehari. Ketika Izrail datang merenungi wajah seseorang, didapati orang itu sedang bergelak-ketawa. Maka berkata Izrail: Alangkah herannya aku melihat orang ini, padahal aku diutus oleh Allah untuk mencabut nyawanya kapan saja, tetapi dia masih terlihat bodoh dan bergelak ketawa’.”
.
Seorang sahabat pernah bertanya: “Wahai Rasulullah, Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?” Rasulullah SAW menjawab: “Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.” [HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy]
.
Jika bermanfaat untuk yang lain. Silahkan SHARE, Semoga menjadi bagian amal kebaikan Anda.
Rasulullah SAW bersabda : "Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkannya, maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala". (HR. Al-Bukhari)
.
Wallahu A'lam Bishawab .
Teruslah menuntut ilmu syar'i, memohon perlindungan ALLAH Swt.
agar :
√ ditambahkan ilmu yang bermanfaat,
√ didekatkan pada kebenaran NYA,
√ dijauhkan dari ilmu yang tidak bermanfaat,
√ dijauhkan dari sifat riya', sum'ah, ujub, sombong-takabur,
√ dijauhkan dari hal-hal yang bisa menjadi perbuatan syirik,
√ dijauhkan dari fitnah-fitnah dunia.
.
Mari kita selalu instropeksi diri (hisab) dan memperbaiki diri serta selalu memohon ampunan NYA. Hanya Allah yang memberi taufik. Semoga, juga menjadi KEBAIKAN anda, Fastabiqul Khoiroot...


Aamiin ya Rabbal'alamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"SAYA TAK MAU BERPISAH DG HARTA SAYA"

:: IBADAH SHOLAT KITA ::

SIFAT-SIFAT YG HARUS DIJAUHI SEORANG MUSLIM