AS SUNNAH MANHAJ SALAF

 Bismillah.....
Setiap Muslim WAJIB hanya mengikuti Rosululloh (As Sunnah) sesuai pemahaman para Sahabat, para Salafus Sholeh. Yang dimaksud As Sunnah dalam hal ini adalah segala yang datang dari Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam baik berupa perkataan, perbuatan, dan persetujuan beliau. Maka ajaran Islam adalah segala yang sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam.
.
Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَة
.
“Wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafa rasyidin. Gigitlah ia dengan gigi geraham kalian! Dan jauhilah perkara baru yang diada-adakan dalam agama. Karena setiap perkara yang diada-adakan dalam agama itu adalah bidah, dan setiap bidah itu adalah kesesatan” (HR. Abu Dawud no.4607 dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud)
.

Kaum Muslimin wajib segera kembali kepada Al Qur`an dan As Sunnah sesuai dengan Pemahaman Rasulullah, Para Shahabat, Tabi`in, tabiuttabi`in dan Ulama Ahlussunnah, Alloh Berfirman:
فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ ذَلِكَ خَيْرُُ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
Jika kalian berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama ( bagimu ) dan lebih baik akibatnya. [An-Nisa’ : 59]
.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam bersabda,
تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا بَعْدَهُمَا كِتَابُ اللهِ وَسُنَّتِيْ
“Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, yang kalian tidak akan sesat di belakang keduanya, (yaitu) Kitabullah dan Sunnahku.” (HR. Malik dan Al-Hakim dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Al-Misykah )
.
Jalan Salaf Adalah Jalan Yang Selamat. Orang yang mengikuti jalan hidup Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam dan sahabatnya (salafush sholih) inilah yang selamat dari neraka. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda yang artinya :
”Yahudi telah terpecah menjadi 71 golongan; satu golongan masuk surga, 70 golongan masuk neraka. Nashrani terpecah menjadi 72 golongan; satu golongan masuk surga, 71 golongan masuk neraka. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, umatku akan terpecah menjadi 73 golongan; satu golongan masuk surga dan 72 golongan masuk neraka. Ada sahabat yang bertanya, ’Wahai Rasulullah! Siapa mereka yang masuk surga itu?’ Beliau menjawab,’Mereka adalah Al-Jama’ah’.” (HR. Ibnu Majah, Abu Daud, dishahihkan Syaikh Al Albani). Dalam riwayat lain para sahabat bertanya,’Siapakah mereka wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab,’ Orang yang mengikuti jalan hidupku dan para sahabatku.’ (HR. Tirmidzi)
.

~SALAFUS SHOLEH~
Sebagai nasehat, ’Ingatlah, kata salafi –yaitu pengikut salafush sholeh– bukanlah sekedar pengakuan (klaim) semata, tetapi harus dibuktikan dengan beraqidah, berakhlaq, beragama (bermanhaj), dan beribadah sebagaimana yang dilakukan salafush sholeh.’
“Sebaik-baik manusia adalah pada kurunku (Sahabat), kemudian yang sesudahnya (Tabi’in), kemudian yang sesudahnya (Tabi’ut Tabi’in).” [HR. Al-Bukhari no. 2652 dan Muslim no. 2533 ]
Siapakah pengikut ulama SALAF sebenarnya..?
1. Imam Hanafi lahir:80 hijrah
2. Imam Maliki lahir: 93 hijrah
3. Imam Syafie lahir:150 hijrah
4. Imam Hanbali lahir:164 hijrah
5. Imam Asy’ari lahir: 240 hijrah
Mereka ini semua ulama Salafussoleh atau dikenali dengan nama ulama SALAF…
.
Apa itu salaf..?
Salaf ialah nama “zaman” yaitu merujuk kepada golongan ulama yang hidup antara kurun zaman kerasulan Nabi Muhammad hingga 300 HIJRAH. 3 Kurun pertama itu bisa diartikan 3 Abad pertama (0-300 H).
  • Golongan generasi pertama : dari 300 tahun hijrah tu disebut “Sahabat Nabi” karena mereka pernah bertemu Nabi
  • Golongan generasi kedua : pula disebut “Tabi’in” yaitu golongan yang pernah bertemu Sahabat nabi tapi tak pernah bertemu Nabi
  • Golongan generasi ketiga : disebut sebagai “Tabi’i tabi’in” yaitu golongan yang tak pernah bertemu nabi dan sahabat tapi bertemu dengan tabi’in. Jadi Imam Abu hanifah (penggagas mazhab Hanafi) merupakan murid Sahabat nabi maka beliau seorang TABI’IN. Imam Malik, Imam Syafie, Imam Hanbali, Imam Asy’ari pula berguru dengan tabi’in maka mereka adalah golongan TABI’I TABI’IN.
Lihatlah peristiwa yang terjadi beberapa saat sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam sebagaimana yang dialami sahabat Ibnu Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu ketika beliau melewati suatu masjid yang di dalamnya terdapat orang-orang yang sedang duduk membentuk lingkaran. Mereka bertakbir, bertahlil, bertasbih dengan dipimpin oleh seseorang. Lalu Ibnu Mas’ud mengingkari mereka dengan mengatakan, “Hitunglah dosa-dosa kalian. Aku adalah penjamin bahwa sedikit pun dari amalan kebaikan kalian tidak akan hilang. Celakalah kalian, wahai umat Muhammad! Begitu cepat kebinasaan kalian! Mereka sahabat nabi kalian masih ada. Pakaian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga belum rusak. Bejananya pun belum pecah. Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, apakah kalian berada dalam agama yang lebih baik dari agamanya Muhammad? Ataukah kalian ingin membuka pintu kesesatan (bid’ah)?” Mereka menjawab, ”Demi Allah, wahai Abu ‘Abdurrahman (Ibnu Mas’ud), kami tidaklah menginginkan selain kebaikan”. Ibnu Mas’ud berkata, “Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun tidak mendapatkannya”.
.
Sedangkan Hassan bin ‘Athiyah rohimahullah seorang tabi’in mengatakan, “Tidaklah suatu kaum mengadakan suatu kebid’ahan kecuali akan hilang sunnah (Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam pent.) yang semisal dengan bid’ah tersebut”.  Maka lihatlah wahai saudaraku betapa mengerikannya betapa buruknya bid’ah dan dampaknya di mata generasi utama dalam ummat ini.
.
Menjadi amal yang SHOLEH disisi Allah Ta'ala dan bukan menjadi amal yang SALAH, yang hanya akan sia-sia... dapatnya capek, masih dihukumi dengan neraka pula.
.
"Jika ibadah merupakan perintah Allah, maka ibadah yang kita lakukan harus sesuai dengan aturan-aturan-Nya; agar kemudian ibadah itu bernilai pahala, berbuah kebaikan, mendatangkan manfaat dan dicatat sebagai amal shaleh."
.
Sebuah perbuatan tidak sah disebut ibadah jika didasarkan kepada selain petunjuk Allah berupa pendapat pribadi, intuisi, mimpi atau pemikiran kyai, dst. Allah berfirman kepada nabiNya:
.
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.” (QS. Hud [11]: 112)
ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (QS. Al Jatsiah [45]: 18).
.
Allah Ta’aala berfirman :
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُالْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالًا مُبِينًا
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata.” (al-Ahdzab : 36)
.
"Allah menganugerahkan Al hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al-Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki- Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)."
(Al-Baqarah: 269)
.
Mari Pererat Ukhuwah, Hendaklah menyeru dengan HIKMAH & Cara BAIK, Penuh KeSABARAN Disertai BUKTI Seperti Para NABI Menyeru Selalu Disertai BUKTI dan contoh KEBAIKAN bukan mendahulukan KEKERASAN.
.
Firman Allah Swt.; "Allah menganugerahkan Al hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al-Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki- Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)." (Al-Baqarah: 269)
.
Menurut Muhammad Al-Ghazali, kecerdasan yang dimaksud, seseorang tidak perlu menjadi jenius. Namun hanya dengan memiliki kemampuan melihat suatu permasalahan apa adanya. Tidak menambah maupun mengurangi. Dengan cara pandang seperti ini seorang dari dapat mendiagnosa sebuah persoalan dengan baik dan pada gilirannya bisa memberikan terapi yang tepat sesuai dengan permasalahan yang dihadapinya. Kata-kata yang disampaikannya menjadi tepat sasaran.
.
Dengan kemampuan seperti inilah Rasulullah terlihat menyampaikan nasihat yang berbeda-beda, melihat kondisi dan latar belakang psikologis seseorang yang konsultasi kepada beliau. Suatu saat beliau hanya mengatakan, "Janganlah kamu marah." Dan Jariyah bin Qudamah, orang yang bertanya itu pun puas dengan jawaban beliau. Bahkan menurut riwayat Thabrani, pahalanya surga, seperti yang beliau sabdakan, "Janganlah kamu marah, maka akan mendapat surga." Suatu saat beliau hanya mengatakan, "Katakan, aku beriman kepada Allah. Lalu istiqamahlah. "
.
Aktivitas dakwahnya adalah sebaik-baik amal dan sarana taqarrub kepada Allah, tentu keikhlasan menjadi lebih urgen lagi. Seorang da'i hendaknya menjauhkan kepentingan pribadi yang berupa sebutan, imbalan, dan pengaruh pribadi karena aktivitas dakwahnya. Keikhlasan tentu saja ada buahnya. Aktivitas dakwah yang dilandasi dengan keikhlasan tentu berbeda hasilnya dengan yang dilakukan karena pamrih.
.
Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima selain kebaikan." Bagi seorang dari, kebaikan yang hendak dipersembahkan kepada Allah adalah keyakinannya terhadap keutamaan dakwahnya dan harapannya yang ditambatkan kepada ridha Allah semata.
.
Imam Malik rah.a berkata :
“Tidak ada cara yang terbaik dalam memperbaiki Ummat saat ini selain cara yang digunakan Rasullullah SAW pada kurun waktu awal Islam”
.
“Barangsiapa yang membuat hal baru dalam urusan agama kami yang tidak ada dasar hukumnya, maka ia tertolak.” Artinya tidak termasuk dari ajaran Islam.
.
“Apa yang tidak dikerjakan oleh salafus shaleh generasi awal Islam, tidak otomatis menjadi bid’ah yang tidak boleh Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegangan dengannya, yaitu Kitabullah (Al Qur'an) dan sunnah Rasulullah Saw. (HR. Muslim)
.
“Wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafa rasyidin. Gigitlah ia dengan gigi geraham kalian! Dan jauhilah perkara baru yang diada-adakan dalam agama. Karena setiap perkara yang diada-adakan dalam agama itu adalah bidah, dan setiap bidah itu adalah kesesatan” (HR. Abu Dawud no.4607 dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud)
.
Syaikh Nashir bin Abdul Karim Al ‘Aql berkata: “As Sunnah tidak bisa tegak kecuali dengan patuh dan pasrah kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Dan tidak sempurna patuh dan pasrah kepada Allah kecuali dengan beramal sesuai As Sunnah. Ini adalah ungkapan ringkas yang menjelaskan makna Islam dengan padat. Dan ungkapan ini membuat kita berhenti sejenak untuk merunut makna As Sunnah yang merupakan cabang dari makna umum di atas. As Sunnah itu memiliki beberapa makna dan yang paling pertama adalah makna yang dibawakan Al Barbahari tersebut, yaitu bahwa As Sunnah adalah Islam secara mujmal. Yaitu segala ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam baik secara global maupun rinci, itu adalah As Sunnah” (At Ta’liq ‘Ala Syarhis Sunnah lis Syaikh Nashir Al Aql, 1/3).
.
Syaikh Shalih Al Fauzan menyatakan: “Islam tidak bisa tegak kecuali dengan As Sunnah dan As Sunnah tidak bisa tegak kecuali dengan ber-Islam. Orang yang mengaku Islam tapi tidak mau mengamalkan As Sunnah, yaitu ajaran Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, maka dia bukan Muslim. Dan orang yang mengamalkan As Sunnah namun tidak berserah diri kepada Allah maka juga bukan Muslim walaupun ia mengetahui As Sunnah. Maka wajib menggabungkan keduanya” (At Ta’liq ‘Ala Syarhis Sunnah lis Syaikh Shalih Al Fauzan, 14-15).
.


Maka jika mendengar slogan “dakwah kepada As Sunnah” atau “dakwah sunnah” maka maknanya adalah dakwah kepada Islam yang shahihah; Islam yang benar sesuai As Sunnah; Islam yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Karena As Sunnah adalah Islam itu sendiri.
.

Bahkan sesungguhnya bukanlah yang memecah belah ummat ini dakwah untuk menegakkan tauhid – sebagaimana inti dakwah para nabi -melainkan dakwah lemah lembut yang membiarkan agama ini bercampur dengan segala kemusyrikan, adat istiadat, kepercayaan, bid’ah dan khurafat dengan dalih menghindari perpecahan ummat.

~AGAR IBADAH KITA DITERIMA~
Menjadi amal yang SHOLEH disisi Allah Ta'ala dan bukan menjadi amal yang SALAH, yang hanya akan sia-sia... dapatnya capek, masih dihukumi dengan neraka pula.
"Jika ibadah merupakan perintah Allah, maka ibadah yang kita lakukan harus sesuai dengan aturan-aturan-Nya; agar kemudian ibadah itu bernilai pahala, berbuah kebaikan, mendatangkan manfaat dan dicatat sebagai amal shaleh."
.
Dan jika kalian berpaling dari agama Allah dengan wujud tidak mempelajarinya dan tidak mengamalkannya. Lihatlah pada firman Allah,
"Dan siapakah yang lebih zhalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhan-Nya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa." (As Sajdah: 32).
.
Berikut ini adalah ringkasan tentang dasar-dasar, pokok-pokok atau aturan-aturan yang harus kita perhatikan dalam aktifitas ibadah kita:
.
IBADAH BERSIFAT TAUQIFIYYAH
Tauqifiyyah maknanya adalah bahwa penetapan ibadah harus bersumber dari pembuat syariat, yaitu Allah subahanahu wa ta’ala.
.
Sebuah perbuatan tidak sah disebut ibadah jika didasarkan kepada selain petunjuk Allah berupa pendapat pribadi, intuisi, mimpi atau pemikiran kyai, dst. Allah berfirman kepada nabiNya:
.
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.” (QS. Hud [11]: 112)
ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (QS. Al Jatsiah [45]: 18).
.
Allah Ta’aala berfirman :
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُالْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالًا مُبِينًا
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata.” (al-Ahdzab : 36)
.
IBADAH HARUS BERSIH DARI NODA SYIRIK.
Allah sangat tidak suka jika manusia yang diperintahkan untuk beribadah kepadaNya mencampuri ibadah itu dengan syirik atau ibadah kepada selain Allah; beribadah kepada Allah, namun beribadah juga kepada selain Allah, shalat untuk Allah, zakat untuk Allah, shaum untuk Allah, haji untuk Allah, sujud dan rukuk untuk Allah, istighfar untuk Allah, namun menyembelih untuk selain Allah misalnya...
.
Atau meminta keberkahan, karomah kepada penghuni kubur keramat, arwah orang shaleh dan seterusnya. Ini adalah diantara bentuk mencampuradukkan antara ibadah kepada Allah dengan kesyirikan. Allah berfirman:
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya.”(QS. Al Kahfi [18]: 110)
.
Jika ibadah dicampuri satu jenis saja kesyirikan, maka akibatnya adalah semua ibadah yang telah dilakukan menjadi hancur tidak tersisa.
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al An’am [6]: 88)
.
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.” (QS. Az Zumar [69]: 65-66)
.
RASULULLAH SHALLALLAHU 'ALAIHI WASALLAM SEBAGAI TELADAN DAN PENJELAS
Adalah diantara bentuk rahmat dan hikmah Allah, ketika Allah memerintahkan kita untuk beribadah kepada-Nya, Allah pun mengutus seorang diantara kita untuk menjadi teladan nyata dan penafsir maksud-maksud yang Allah kehendaki dari hamba-hambaNya.
.
Utusan Allah itu mutlak harus dipatuhi dan dijadikan contoh dalam beribadah kepadaNya. Jika tidak, maka ibadah kita akan tertolak!
.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS. Al Ahzab [33]: 21)
.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang beramal dengan sebuah amalan yang bukan bagian dari urusan kami, maka ia tertolak.” (HR Muslim)
.
Dalam riwayat lain, “Barangsiapa yang membuat perkara baru dalam urusan (agama) kami yang bukan bagian darinya, maka ia tertolak.” (Muttafaq ‘alaih)
Sabdanya, “Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (Muttafaq ‘alaih). Sabdanya, “Ambillah dariku tatacara manasik haji kalian.” (HR Muslim)
.
Semua dalil diatas menunjukkan wajibnya mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak selainnya.
.
BERIBADAH DENGAN WAKTU DAN KETENTUAN YANG TELAH DITETAPKAN
Jika sebuah ibadah memiliki waktu pelaksanaan tertentu, atau tempat tertentu dan ketentuan-ketentuan yang lainnya, maka kita tidak boleh melaksanakan ibadah itu diluar ketentuan yang telah ditetapkan.
Seperti shalat misalnya.
Allah berfirman:
.
إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisa [4]: 103)
.
Haji :
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi.” (QS. Al Baqarah [2]: 197)
.
Shaum:
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Albaqarah [2]: 185)
.
IBADAH DIBANGUN DI ATAS DASAR CINTA, MERENDAHKAN DIRI, TAKUT DAN BERHARAP KEPADA ALLAH
Cinta dan merendahkan diri, takut dan berharap adalah unsur-unsur perasaan yang harus ada ketika kita beribadah kepada Allah.
Ketika shalat misalnya, maka shalat itu kita laksanakan atas dasar karena kita mencintai Allah, merendahkan diri dihadapanNya, takut terhadap kemurkaan dan azabNya dan berharap pahala yang ada ada disisi berupa kenikmatan akhirat.
.
Tidak boleh timpang; beribadah hanya dengan mengandalkan satu unsur perasaan saja. Beribadah karena takut saja, karena berharap saja atau karena cinta saja tidak akan menghasilkan ibadah yang benar. Allah berfirman:
.
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmatNya dan takut akan azabNya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (QS. Al Isra [17]: 57)
.
Allah berfirman tentang nabi-nabiNya:
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS. Al Anbiya [21]: 90)
.
BERIBADAH SAMPAI AJAL MENJEMPUT
Tidak ada batas waktu dalam beribadah kepada Allah kecuali waktu kematian yang telah Allah tetapkan. Ibadah hanya berakhir dengan berakhirnya hidup kita di dunia ini. Dari sejak kita mencapai umur baligh, sampai kita menyelesaikan jatah umur kita. Selama hayat masih dikandung badan, kita dibebani kewajiban untuk beribadah. Allah berifirman:
.
وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran [3]: 102)
.
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (QS. Al Hijr [15]: 99)
.
Seringlah Instropeksi diri, Merenung dan mohon ampunan Nya.... Mudah-mudahan kita dapat melaksanakan tugas ibadah yang Allah bebankan kepada kita di dunia dengan baik, sesuai dengan yang dikehendakiNya dan dijauhkan dari amalan-amalan ibadah yang tertolak.
.
Rasulallah SAW bersabda : "Barang siapa yg menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkannya, maka walaupun yg menyampaikan sudah tiada (wafat), dia akan tetap memperoleh pahala." (HR. Al-Bukhari)
                                                     ....Silahkan SHARE Seluasnya....
.
“Allahumma shalli wa sallim ‘ala Rasulillah Muhammad wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma’in.”
Wallahu waliyyut taufiiq, wal qaadiru ‘alaihi, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah.
Mudah-mudahan Allah Subhanahu Wa Ta'ala melimpahkan Rahmat, Taufik serta Hidayah-NYA kepada kita semua, Aamiin Ya Allah.....
Wallahu A'lam Bishawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"SAYA TAK MAU BERPISAH DG HARTA SAYA"

:: IBADAH SHOLAT KITA ::

INFO LOWONGAN KERJA