☀HATI YANG LAMA TERKUNCI☀

☀HATI YANG LAMA TERKUNCI☀
 menempatkan diri dengan seimbang karena kokoh pijakannya. Semoga kita bisa menjadi orang yang selalu 'RENDAH HATI & SABAR...'

☀Kewajiban Tunduk Terhadap Hukum Allah ta’ala dan Rasul-Nya.☀

Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
(QS. An Nisaa’ [4]: 65)

Syaikh Muhammad Shalih Al ‘Utsaimin salah seorang imam panutan kaum muslimin di zaman ini mengatakan, “Artinya (mereka tidaklah beriman) hingga mau menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam menyelesaikan perselisihan yang terjadi di antara mereka…”

Beliau jelaskan, “Dan itu artinya sampai mereka mau menjadikan engkau saja (Muhammad) sebagai pemberi keputusan (hakim) dalam menyelesaikan persengketaan yang ada di antara mereka, dalam urusan-urusan agama maupun urusan-urusan dunia.

Dalam urusan agama, misalnya: apabila ada dua orang yang berselisih dalam menentukan hukum suatu permasalahan syari’at. Seorang di antara mereka berdua berkata, “Itu adalah haram”. Sedangkan orang kedua berkata, “Itu halal”. Maka untuk mencari keputusan hukumnya adalah kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka tidaklah seorangpun diantara mereka berdua (yang berselisih tadi) dinyatakan beriman sampai mau berhakim kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Beliau melanjutkan, “Demikian pula seandainya orang-orang berselisih dalam urusan dunia di antara mereka. Sebagaimana kejadian yang dialami oleh Zubair bin ‘Awwaam radhiyallahu ‘anhu bersama tetangganya dari kaum Anshar ketika mereka berdua mencari keputusan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam permasalahan suatu sumur air di lembah maka beliau pun menjadi hakim bagi mereka berdua.

Inilah (contoh) berhakim dalam urusan agama maupun dunia. Yang terpenting ialah seseorang tidaklah dinyatakan beriman (dengan benar) hingga pencarian keputusannya dalam urusan agama maupun dunia adalah kepada (keputusan) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”
(Syarh Riyadhush Shalihin, I/587)

Kalau ada yang bertanya, “Bagaimanakah berhakim kepada Rasul sesudah beliau wafat?”

Syaikh Al ‘Utsaimin mengatakan, “Maka jawabannya ialah, kita katakan: berhakim kepada beliau sesudah wafatnyaialah dengan cara berhakim kepada Sunnahnya shallallahu ‘alaihi wa sallam…”(Syarh Riyadhush Shalihin, I/587)

Beliau juga menjelaskan bahwa berdasarkan ayat di atas ada 3 syarat yang harus dipenuhi di dalam diri seseorang agar benar keimanannya, yaitu:
√ Berhakim kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
√ Dia tidak boleh merasa sempit di dalam hatinya terhadap keputusan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
√ Dia harus tunduk menerima sepenuhnya dan pasrah secara total terhadapnya

Beliau mengatakan, “Maka dengan ketiga syarat inilah dia bisa menjadi mu’min. Apabila syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi maka bisa jadi dia keluar dari keimanan secara keseluruhan atau bisa juga menjadi menyusut keimanannya, wallaahul muwaffiq.” (Syarh Riyadhush Shalihin, I/589)

☀Syi’ar kaum beriman adalah ‘sami’naa wa atha’naa’ (Kami dengar dan Kami Taat).☀

Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya ucapan orang-orang yang beriman apabila diajakuntuk kembali kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul itu memberikan keputusan hukum di antara mereka hanyalah dengan mengatakan, “Kami mendengar dan kami taat”. Dan hanya merekalah orang-orang yang berbahagia.” (QS. An Nuur [24]: 51)

Syaikh Abdurrahman bin Naashir As Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa sesungguhnya sifat orang yang benar-benar beriman (yaitu yang imannya dibuktikan dengan amalan) apabila diajak untuk kembali kepada Allah dan Rasul-Nya supaya Rasul memberikan keputusan di antara mereka niscaya mereka akan mengatakan, “Kami dengar dan kami taati”, sama saja apakah keputusan tersebut dirasa cocok ataupun tidak oleh hawa nafsu mereka.

Artinya mereka mendengarkan keputusan hukum Allah dan Rasul-Nya serta memenuhi panggilan orang yang mengajak mereka untuk itu. Mereka taat dengan sepenuhnya tanpa menyisakan sedikitpun rasa keberatan.

Hakikat kebahagiaan adalah bisa meraih perkara yang diinginkan dan selamat dari bahaya yang ditakutkan. Dan Allah pun membatasi kebahagiaan hanya ada pada orang-orang seperti mereka. Sebab orang tidak akan pernah berbahagia tanpa berhukum kepada Allah dan Rasul-Nya serta taat kepada Allah dan Rasul-Nya (lihat Taisir Karim Ar Rahman, hal. 572)

Inilah syi’ar orang-orang beriman di sepanjang masa. “Sami’naa wa atha’naa”. Dan lihat juga bagaimana reaksi yang muncul dari para sahabat ketika itu. Mereka lebih memilih untuk tunduk dan patuh. Mereka tidak mendebat dan membantah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan akal dan pikiran-pikiranmereka.

Subhanallah… jauh sekali perbedaannya dengan sebagian kaum yang hidup di jaman belakangan ini. Mereka berani membantah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan akalnya. Bahkan di antara mereka ada yang membantah ayat Al Qur’an dengan pikirannya. Kepada siapakah kaum seperti ini berkiblat ?

Ingatlah perkataan emas seorang ulama kita Abu Ja’far Ahmad Ath Thahawi rahimahullah di dalam Aqidah Thahawiyah-nya, “Tidak akan pernah kokoh pijakan keIslaman seseorang kecuali di atas landasan ketundukan dan penyerahan diri”.

Inilah akidah salaf Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang menyelisihi akidahnya kaum ahlul bid’ah wal ahwaa’ (silakan baca sebuah buku yang sangat bagus tulisan Al Ustadz Abdul Hakim bin ‘Amir Abdat berjudul Lau Kaana Khairan lasabakuuna ilaihi, semoga Allah menjaganya)

☀Sunnah Nabi Adalah Satu-Satunya Jalan Keselamatan.☀

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat (kepada pemimpin). Meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak Eithiopia. Dan barang siapa yang masih hidup di antara kalian pasti akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan Sunnah (ajaran) ku dan Sunnah para Khalifah yang lurus (khulafa’ur rasyidiin) lagi berpetunjuk. Gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham kalian. Dan jauhilah perkara-perkara yang diada-adakan (dalam agama) karena sesungguhnya bid’ah (perkara-perkara yang diada-adakan dalam agama) adalah sesat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, Tirmidzi berkata: Hadits hasan shahih)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin mengatakan, “Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita tatkala melihat perselisihan ini (yaitu banyaknya perselisihan, sebagaimana disebutkan di dalam hadits) supaya berpegang teguh dengan Sunnah beliau. Arti dari ungkapan ‘alaikum bi sunnatii ialah berpegang teguhlah dengannya (dengan Sunnah Nabi)…”

Beliau rahimahullah juga berkata, “Sedangkan makna kata Sunnah beliau ‘alaihish shalaatu was salaam adalah: jalan yang beliau tempuh, yang mencakup akidah, akhlak, amal, ibadah dan lain sebagainya. Kita harus berpegang teguh dengan Sunnah (ajaran) beliau. Dan kita pun berhakim kepadanya.

Sebagaimana yang difirmankan Allah ta’ala yang artinya, “Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak berimanhingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An Nisaa’ [4]: 65)”

Kemudian beliau berkata, “Dengan demikian Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah satu-satunya jalan keselamatan bagi orang yang dikehendaki Allah untuk selamat dari berbagai perselisihan dan berbagai macam kebid’ahan. Dan segala puji bagi Allah, ternyata Sunnah itu sudah tercantum di dalam kitab-kitab para ulama yang menulis karya tentang As Sunnah, seperti Shahihain (Dua Kitab Shahih) yaitu karya Al Bukhari dan Muslim, dan kitab-kitab Sunan serta Musnad-Musnad dan karya lainnya yang sudah ditulis oleh para ulama. Dan melalui karya-karya itulah mereka menjaga Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam” (Syarh Riyadhush Shalihin, I/603)

☀Rendahkan HatiMu, ambil kebenaran [al-Haqq] dari siapa saja, dan tinggalkan kebohongan dari siapa saja.☀

Dalil akan wajibnya menerima kebenaran dan bahwa menerima kebenaran dari siapapun berada merupakan sifat orang-orang yang beriman.Allah Ta’ala berfirman yang artinya.:
“Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”. (QS.Al-Baqarah: 213)

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya (taklid buta). sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS.17:36)

Ibnu Al-Qayyim rahimahullah berkata, menjelaskan ayat di atas, “Maka siapa saja yang Allah Subhanahu wa ta'ala berikan hidayah kepadanya untuk :

√ Mengambil kebenaran (sesuai syariat dan sesuai as sunnah, tidak menselisihinya) dimanapun kebenaran itu berada dan bersama siapapun kebenaran itu berada.
√ Walaupun kebenaran itu bersama dengan saudara muslim yang dia benci dan dia musuhi tapi.. ada kebenaran untuk menolak kebatilan, bersama siapapun kebatilan tersebut.
√ Walaupun kebatilan itu bersama dengan orang yang dia sayangi dan dia tolong.

Maka orang seperti inilah yang tergolong kedalam orang-orang yang diberi hidayah menuju kebenaran dalam setiap masalah yang diperselisihkan. Inilah orang yang paling berilmu, paling benar jalannya, dan paling kuat ucapannya.” (Ash-Shawa’iq Al-Mursalah: 2/516).

Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak.

Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya.

Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya disekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan.

Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati “. (Riwayat Bukhori dan Muslim)

Allahu Akbar. Sungguh menakjubkan perkataan beliau. Alangkah jauhnya beliau dari ketertipuan dan keterpedayaan. Banyaknya amal yang beliau lakukan, tidaklah lantas menjadikan beliau tinggi hati. Kagumnya orang-orang pada amal beliau, tidaklah menjadikan beliau berbangga. Bahkan beliau tetap khawatir dengan dirinya, karena dahulu iblis pun adalah makhluq yang -zhahirnya ta'at, tapi karena kebusukan niatnya, hingga akhirnya Allah Subhanahu wa ta'ala menampakkan hakikatnya ketika diadiuji.Kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dari ketertipuan, seraya kita memohon padaNya husnul khaatimah.. aamiin. (DR. Syafiq bin Riza Basalamah)
.
Adalah diantara bentuk Rahmat dan
Orang pintar bisa gagal, Orang hebat bisa jatuh, tetapi orang yang RENDAH HATI dan SELALU SABAR dalam segala hal akan selalu mendapat jalan untukHikmah Allah, ketika Allah memerintahkan kita untuk beribadah kepada-Nya, Allah pun mengutus seorang diantara kita untuk menjadi teladan nyata dan penafsir maksud-maksud yang Allah kehendaki dari hamba-hambaNya.

Utusan Allah itu mutlak harus dipatuhi dan dijadikan contoh dalam beribadah kepadaNya. Jika tidak, maka ibadah kita akan tertolak!

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS. Al Ahzab [33]: 21)

Seorang sahabat pernah bertanya: “Wahai Rasulullah, Siapakah orang mukmin yangpaling cerdas?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.”  [HR.Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy].  Wallahu A'lam Bishawab.

Jika bermanfaat untuk yang lain. Silahkan SHARE, Semoga menjadi bagian amal kebaikan anda.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkannya, maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala". (HR. Al-Bukhari)
.
Teruslah menuntut ilmu syar'i, memohon perlindungan ALLAH Subhanahu wa ta'ala agar :
√ ditambahkan ilmu yang bermanfaat,
√ didekatkan pada kebenaran NYA,
√ dijauhkan dari ilmu yang tidak bermanfaat,
√ dijauhkan dari sifat riya', sum'ah, ujub, sombong-takabur,
√ dijauhkan dari hal-hal yang bisa menjadi perbuatan syirik,
√ dijauhkan dari fitnah-fitnah dunia.
.
Yā Råbb, hanya kepada Engkaulah kami mohon hidayah serta ampunan, atas salah dan dosa hamba yang lemah ini. Mari kita selalu instropeksi diri (hisab) dan memperbaiki diri serta selalu memohon ampunan NYA. Hanya Allah yang memberi taufik. Semoga menjadi KEBAIKAN kita semua, Fastabiqul Khoiroot... Aamiin ya Rabbal'alamiin....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"SAYA TAK MAU BERPISAH DG HARTA SAYA"

:: IBADAH SHOLAT KITA ::

INFO LOWONGAN KERJA